Rabu, 23 Maret 2011

Berwisata Pantai Maileppet

Maileppet ini merupakan daerah persinggahaan setiap anda menyambangi pulau Siberut khususnya di Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Rugi rasanya kalau tak singgah di pantai ini, deburan ombak yang bersahabat, ditambah tiupan angin dan nyiur seakan memanggil anda untuk berteman dengannya.
Warga setempat menjadikan kawasan teluk ini sebagai tempat menjaring ikan untuk kebutuhan konsumsi keluarga bukan untuk di jual. Mereka hanya memakai sampan kemudian memasang penjaring pada pagi hari kemudian sore hari hari jaring itu diangkat paling minimal akan dapat sepuluh ekor ikan. Okezone mencoba mandi di daerah ini, wah airnya cukup dingin dan sejuk lebih nyaman rasanya, di negeri bersahaja.
Read more »

Kamis, 17 Maret 2011

Teluk Kiluan

Sore itu matahari mulai bergerak ke ufuk barat, semburat warna merahnya terlihat indah disela-sela pegunungan bukit barisan. Deru ombak lautan yang terdengar menderu-deru, sayup-sayup melemah ketika menyentuh putihnya pasir Teluk Kiluan. Dipadu dengan kicauan suara berbagai burung, betul-betul kita merasakan perpaduan antara jiwa dengan alam sekitar.

Kurang lebih membutuhkan waktu enam jam lamanya melalui jalan darat untuk mencapai Ekowisata Teluk Kiluan yang terletak kurang lebih sekitar 80 km dari Kota Bandar lampung. Dari Bakaeuhuni kita bisa mengikuti jalur lintas timur Sumatera sampai dengan pertigaan arah Pelabuhan Panjang. Kemudian ambil jalur Pelabuhan Panjang, terus ke arah Lempasing, Mutun dan diujung jalur ini kita akan ketemu Teluk Kiluan. Namun sebelum sampai ke teluk ini, perlu perjuangan ekstra keras, karena tidak semua jalur yang kita lalui beraspal.       

Mulai memasuki daerah Lempasing, jalannya menyempit, berkelok-kelok dan naik turun. Kita harus ekstra hati-hati dalam mengendarai mobil ketika melalui jalur ini jika tak mau jatuh ke dalam jurang. Walaupun begitu, kita akan disuguhi pemandangan hijau hutan yang terletak di kanan kiri jalan yang menyejukkan mata. Sesekali akan terlihat lautan luas nan biru yang terlihat dari sebelah kiri tebing-tebing jalan yang kita lalui. Tambak udang juga banyak terlihat di sisi kiri jalan yang langsung berhadapan dengan lautan.

Sebelum memasuki desa terakhir dengan jalanan yang dapat dilalui dengan mobil, perkampungan khas Lampung dengan rumah panggungnya menjadi daya tarik tersendiri dalam perjalanan menuju Teluk Kiluan. Setelah itu barulah kita memasuki desa Bawang, dimana jalanan yang kita lalui berubah menjadi jalan tanah yang bergelombang dan berbatu-batu. Kemudian Perjalanan dilanjutkan dengan naik ojek dikarenakan mobil tidak mungkin bisa melintas lagi. Mobil yang kita bawa pun terpaksa harus dititipkan di balai desa agar aman selama kita pergi ke Teluk Kiluan.Ternyata tidak sulit untuk menemukan tukang ojek di daerah ini, karena memang mereka sudah siap setiap waktu untuk mengantar tamu ke Kiluan.

Menurut Mas Yanto, salah seorang pengojek, “ Yang lebih sering datang adalah orang Bule”. Jadi para pengojek malah lebih sering mengantar tamu bule. Saat saat naik ojek adalah saat yang mendebarkan sehingga memacu andrenalin kita, karena harus melalui jalanan yang yang naik turun sangat curam. Terkadang ada beberapa ruas dimana kita harus turun dari kendaraan agar motor yang kita kendarai bisa naik. Bayangkan saja, kita mesti melalui ( menerabas ) G.Tanggamus ( 1.126 meter ) yang merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan. Karena dibalik gunung inilah surga tersembunyi “Teluk Kiluan” akan kita temukan.

Pemandangan unik lain juga bisa kita lihat di sepanjang jalan ketika naik ojek ke arah Kiluan. Kurang lebih tiga kilometer sebelum Kiluan ada perkampungan orang Bali, dimana semua kehidupan yang ada di situ persis adanya seperti di Bali. Dari mulai bangunan, tempat ibadah, cara berladang, bermasyarakat sampai dengan proses kehidupan sehari-hari.

Akhirnya, setelah kurang lebih hampir 50 menit naik ojek, dan melalui perjuangan yang cukup melelahkan, keindahan Teluk Kiluan terlihat di depan mata. Takjub dan bahagia, itulah dua kata yang langsung tercetus dari dalam hati kami ketika menjejakkan kaki di teluk ini. Sejauh mata memandang ke depan membentang birunya laut, memandang ke belakang hijaunya hutan pegunungan bukit barisan dan selingi oleh suara angin laut yang sepoi-sepoi bagaikan nyanyian alam yang menyambut kedatangan para tamunya.

Setelah beberapa menit menikmati keindahan alam, Pak Johan, salah satu sesepuh di Teluk ini menyapa kami dan mengucapkan selamat datang dengan ramahnya. ”Silakan menikmati Ekowisata Kiluan yang sederhana dan apa adanya ini,” Sapa beliau dengan kesederhaannya. Kemudian kami semua menuju pondok yang terletak di pinggir pantai sambil menikmati minuman ala kadarnya yang telah disediakan. Setelah memperkenalkan satu persatu warga yang mengurus teluk ini, kami pun menanyakan banyak hal.

Diantaranya adalah mengenai sejarah atau asal-usul kiluan. Sebetulnya banyak legenda yang bercerita tentang Kiluan, tapi ada satu legenda yang sampai sekarang masih beredar dan dipercaya oleh masyarakat sekitar. Legenda berawal saat era mulai runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Islam masuk Indonesia. Di kawasan yang awalnya umbul atau perlambangan masyarakat Pekon Bawang, dikenal seorang pendatang yang sangat tinggi kesaktiannya. Dia bernama Raden Mas Arya yang berasal dari daerah Banten atau Malaka. Karena kesaktiannya yang belum terkalahkan, dia bisa tahu kapan ajalnya akan tiba.

Suatu hari Raden Mas Arya ditantang tanding oleh seorang warga setempat. Sang penantang ini adalah seorang guru silat dari Kotaagung, Tanggamus. Karena tahu ajalnya akan tiba ditangan Sang Penantangnya, Raden Mas Arya meminta dimakamkan di suatu pulau yang ditunjuknya. Karena itu pulau tempat dimakamkannya Raden Mas Arya dinamakan dengan Kiluan ( bahasa lampung ) yang artinya adalah meminta. Legenda ini dikuatkan dengan adanya semacam tumpukan batu ( mirip makam ) di puncak ketinggian Pulau Kiluan.

Setelah Puas berbincang-bincang dengan Pak Johan tentang sejarah Kiluan, kami pun naik perahu mengelilingi lautan disekitar pulau untuk melepas penat perjalanan dan kemudian mampir di Pulau Kiluan. Ternyata untuk mencapai Pulau Kiluan kita masih harus menyeberang 10 menit lagi dari Teluk Kiluan dengan naik perahu motor. Pulau yang asri, pasir putih, dengan suasana yang hening hanya terdengar deburan ombak, cocok sekali sebagai tempat peristirahatan atau tempat untuk mencari inspirasi-inspirasi baru. Penginapan sederhana yang berbentuk rumah panggung sudah tersedia di pulau ini, yang disediakan untuk para tamu yang ingin menginap. Untuk ukuran sebuah pulau yang terletak di pedalaman, penginapan ini tergolong lumayan bagus yang dilengkapi dengan fasilitas standar.

Tidak hanya menikmati keindahan Kiluan, wisata lain yang dapat dinikmati di kawasan ini adalah menikmati keindahan tarian lumba-lumba. Untuk menikmatinya, kita masih harus naik perahu duapuluh menit ke arah tengah Samudera dari Pulau Kiluan. Setidaknya ada dua jenis lumba-lumba di perairan ini, spesies pertama adalah lumba-lumba hidung botol ( Tursiops Truncatus ) dengan badan yang lebih besar dan pemalu. Spesies yang kedua adalah lumba-lumba paruh panjang ( Stenella Longirostris ) yang bertubuh lebih kecil dan senang melompat. Namun lumba-lumba tersebut jumlahnya makin lama makin turun karena perburuan yang dilakukan oleh manusia.

Untuk melindungi kekayaan alam yang ada di Kiluan maka didirikanlah Yayasan Cinta Kepada Alam ( Cikal ) yang salah satu misinya adalah menjalin kerjasama kemitraan dengan Pemerintah Daerah, Instansi-instansi, atau lembaga-lembaga yang terkait ( NGO ) di dalam mengembangkan Teluk Kiluan Kelurahan Negeri Kelumbayan Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus Propinsi lampung. Dan salah satu tujuan didirikannya yayasan ini adalah Melestarikan satwa-satwa lainnya di sekitar Teluk Kiluan seperti Penyu Sisik ( Eretmochelys Imbricate ), Siamang ( Symphalangus Syndactylus ), Simpai ( Presbythis Melalops ), Beruang Madu ( HelarctosMalayanus ) dan Kukang ( Nycticebus Coucang ).

Selain keunggulan yang dimiliki oleh kiluan, ada beberapa hal yang harus diperbaiki terutama : jalan menuju Teluk Kiluan harus diperbaiki supaya aksesnya lebih mudah. Sarana dan prasarana yang ada di Kiluan sendiri harus diperbaiki, misalkan MCK ( Mandi Cuci Kakus ) dan kelengkapan-kelengkapan lainnya yang berkaitan dengan wisata bahari. Niscaya Teluk Kiluan akan menjadi salah satu primadona wisata Kota Lampung ke depan jika didukung dengan manajemen operasi dan keuangan yang baik.
Kunjungi Wisata Lainnya


Read more »

Selasa, 08 Maret 2011

Menyelam di Kepulauan Seribu, Jakarta

Area unik ini terdiri dari ratusan pulau kecil (makanya dilebih-lebihkan jadi 'Kepulauan Seribu'), adalah tempat wajib bagi penyelam asal Jakarta. Dari bermacam pulau tersebut, beberapa yang terkenal yaitu Pulau Kotok Besar, Pulau Kotok Kecil, Karang Bongkok, Pulau Sepa dan Pulau Pantara.

Pulau Seribu sangat mudah dicapai, Anda hanya perlu menyewa speedboat dari Marina atau kapal nelayan dari satu dari sekian pelabuhan. Hanya sekitar satu atau dua jam dari Jakarta, Anda akan bisa menyelam sepuasnya. Beberapa pulau yang lebih besar
menyediakan akomodasi lebih baik sekelas resort dan villa, tetapi Anda butuh menyewa kapal untuk mencapai pulau-pulau kecil – tempat karang-karang indah berada!


Read more »

Menyelam di Pulau Bintan, Riau

Mungkin ini adalah pulau yang paling mudah dicapai dari luar Indonesia, tempat penyelaman ini hanya satu jam dari kebisingan Singapura. Pulau ini memiliki hamparan pantai berpasir putih sepanjang 18 km dengan kehidupan lautnya yang kaya, serta beragam lokasi menyelam untuk Anda nikmati.

Tidak jauh dari garis pantai sebelah utara, terdapat ngarai kecil sedalam 8 meter dengan dasar yang rata, sangat cocok untuk Anda yang baru pertama kali belajar scuba diving. Tempat unik lainnya adalah lokasi kapal karam, Anda dapat mengeksplorasi sisa-sisa kapal tanker tua yang karam bertahun-tahun lalu di kedalaman laut.
Kunjungi Wisata Lainnya


Read more »

Berwisata di Danau Toba

Sumatera Utara selain terkenal dengan wisata Bukit Lawang dan Nias, juga ada Danau Toba yang punya magnet tersendiri dalam menarik wisatawan domestik dan mancanegara.

Danau Toba adalah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara.

Danau Toba merupakan keajaiban wisata alam yang menakjubkan. Danau Toba adalah danau berkawah yang sangat besar, pusat pulaunya hampir seluas Singapura. Dengan luas 1.145 km2, Danau Toba sebenarnya lebih menyerupai lautan dari pada danau.

Di tengah Danau Toba terdapat pulau vulkanik bernama Pulau Samosir yang berada pada ketinggian sekira 1.000 meter di atas permukaan laut. Di tengah Pulau Samosir ini masih ada lagi dua danau indah yang diberi nama Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang. Daerah sekitar Danau Toba memiliki hutan-hutan pinus yang tertata asri.

Di tepi Danau Toba terdapat beberapa air terjun yang sangat mempesona. Di pinggiran Danau Toba terdapat satu objek wisata bernama Tanjung Unta karena daratan yang menjorok ke danau ini memang menyerupai punggung unta. Di sekitar Danau Toba akan Anda temukan tempat pemandian air belerang yang dipercaya bermanfaat menyehatkan kulit.

Jika berkunjung ke Danau Toba, Anda dapat menikmati pemandangan asri sambil bersepeda. Semua rasa penat yang Anda rasakan akan hilang di tempat ini. Danau ini berada 900 meter di atas permukaan laut sehingga udara sejuknya sangat menyegarkan, jauh dari udara panas, kelembaban, dan polusi yang ada di kota.

Sulit membayangkan ada tempat yang lebih indah untuk dikunjungi selain Danau Toba. Di sini Anda dapat melakukan berbagai macam hal yang menyenangkan untuk menikmati keindahan alam seperti mendaki gunung, berenang dan berperahu layar yang sanggup membius Anda dalam keindahan pemandangan menakjubkan.

Udaranya bersih dan sejuk harmonis dengan suasana santai masyarakatnya yang ramah membuat wisatawan akan datang kembali setelah mengunjungi danau ini.

Selain itu, Anda dapat memberanikan diri ke Pulau Samosir di tengah danau dan menemukan pegunungan yang curam dengan kabut sejuk, air terjun yang jernih untuk berenang, dan masyarakat setempat yang sedang menggiring kerbau ke ladang.

Di pulau induk, terdapat akomodasi di kota Parapat. Parapat berada di semenanjung berbatu yang kecil dan menonjol ke danau. Dalam perjalanan ke Parapat Anda akan melihat pemandangan spektakuler.

Parapat dihuni masyarakat Batak Toba dan Batak Simalungan yang dikenal memiliki sifat ceria dan mudah bergaul, terkenal karena lagu-lagu bertema cinta yang riang dan penuh perasaan.

Banyak wisatawan lebih memilih tinggal di Pulau Samosir di tengah danau. Sebagai tempat tinggal asli masyarakat Batak Toba. Pulau Samosir memiliki bekas peninggalan zaman purbakala di antaranya adalah kuburan batu dan desa-desa tradisional. Juga terdapat Makam Raja Sidabutar yang usianya sudah 500 tahun. Juga terdapat Patung Sigale-Gale (patung yang bisa menari).

Di pulau ini Anda dapat menemukan kebudayaan Toba yang unik dan kuno. Keindahan alam Pulau Samosir mengartikan pulau ini adalah tempat yang cocok dikunjungi dan menghindar dari kepenatan rutinitas.Samosir mudah dijangkau dengan kapal ferri dari Parapat.

Kunjungi Wisata Lainnya



Read more »

Rabu, 02 Maret 2011

Taman Wisata Bumi Kedaton Lampung

Menarik ketika kita berwisata ke Kota Lampung, dari mulai wisata pantai, wisata kuliner sampai dengan wisata pegunungan semuanya ada disini. Salah satunya adalah Taman Wisata Bumi Kedaton – Batu Putuk, sebuah konsep perkampungan hijau dengan panorama perbukitan.

Kawasan ini dari dulu sampai sekarang sangat terkenal sebagai penghasil buah-buahan segar seperti durian, manggis, duku, pisang dan palawija. Terletak di ketinggian antara 700 m sampai dengan 900 m di atas permukaan air laut menjadikan daerah ini sebagai tempat yang berhawa sejuk sehingga berbagai jenis tanaman dapat tumbuh disini. Yang paling terkenal dari daerah ini adalah duriannya. Kalau sedang musim durian jangan Tanya, sepanjang jalan dari dan menuju Batu Putuk akan dipenuhi oleh para penjual durian.

Termasuk Lokasi Taman Wisata Bumi Kedaton dimana sebagian lahannya adalah bekas area tumbuhnya pohon durian. Bahkan sampai sekarang di pinggiran tempat wisata ini, masih bisa kita lihat puluhan pohon durian yang masih berdiri tegak. Kebetulan waktu kami berkunjung kesana musim durian baru saja selesai, sehingga hanya menemukan pohon durian tanpa buah yang melekat di pohonnya. Sengaja kami berkeliling dulu untuk menikmati hijaunya dan segarnya hawa pegunungan di Batu Putuk sebelum akhirnya menuju Bumi Kedaton.

Pembangunan tempat wisata ini tentunya tak hanya didasari atas lokasi yang berada di pegunungan, namun jarak tempuh yang kurang lebih hanya duapuluh menit dari Kota Lampung tentu merupakan petimbangan lain yang lebih signifikan didirikannya Bumi Kedaton di dareah ini. Tak salah kalau tempat ini menjadi salah satu daya pikat para wisatawan yang berkunjung ke Kota Lampung. Di tempat ini tersedia fasilitas rekreasi keluarga, rumah khas Lampung bertiang, cottage dengan panorama lembah dan perbukitan yang cocok untuk santai keluarga, pertemuan-pertemuan kecil yang berorientasi alam ( outbond ) dan lain-lain.

Lahan kemah di bagian utara di sisi sungai yang mengalir berasal dari lereng Gunung Betung, semakin menambah pesona tempat ini. Arena atraksi gajah tersedia bagi pengunjung berikut paket naik gajah di seputar lokasi dengan pawang gajah yang siap melayani para pengunjung. Masih ada aktifitas berkuda, naik kereta kuda, jembatan gantung sampai dengan mandi di kali yang berair jernih dan atraksi-atraksi lainnya yang menyenangkan.

Koleksi wisata lainnya seperti koleksi satwa, kolam buaya dan tanaman langka secara bertahap juga melengkapi taman wisata ini dengan tujuan untuk lebih memperkenalkan kekayaan fauna Nusantara, khususnya untuk daerah Sumatera. Kolam renang, kolam pemancingan sampai dengan food stall dan ikan bakar semakin menampakkan visi Bumi Kedaton ke depan sebagai one stop shopping antara wisata, bermain dan sekaligus tempat meeting.

Masih satu jalur perjalanan dari Kota Lampung menuju Bumi Kedaton, Jangan lupa mampir ke jalan Teluk Betung yang terkenal sebagai salah satu sentra pusat oleh-oleh jajan khas Lampung. Yang tak dapat dipisahkan dari Lampung adalah kripik pisangnya, yang sudah terkenal di dimana-mana. Selain kripik pisang masih ada dodol lampung, kripik singkong, sambal udang dan masih banyak lagi jajan khas Lampung yang cocok untuk dijadikan oleh-oleh. Jangan lupa bagi anda yang berkunjung ke Kota Lampung mampirlahke semua tempat menarik yang ada dari wisata pantai, wisata pegunungan sampai dengan wisata kuliner.
Kunjungi Wisata Lainnya



Read more »

Wisata ke Teluk Kiluan Lampung

Sore itu matahari mulai bergerak ke ufuk barat, semburat warna merahnya terlihat indah disela-sela pegunungan bukit barisan. Deru ombak lautan yang terdengar menderu-deru, sayup-sayup melemah ketika menyentuh putihnya pasir Teluk Kiluan. Dipadu dengan kicauan suara berbagai burung, betul-betul kita merasakan perpaduan antara jiwa dengan alam sekitar.

Kurang lebih membutuhkan waktu enam jam lamanya melalui jalan darat untuk mencapai Ekowisata Teluk Kiluan dari arah Pelabuhan Bakaehuni, atau kurang lebih sekitar 80 km dari Kota Bandar lampung. Dari Bakaeuhuni kita bisa mengikuti jalur lintas timur Sumatera sampai dengan pertigaan arah Pelabuhan Panjang. Kemudian ambil jalur Pelabuhan Panjang, terus ke arah Lempasing, Mutun dan diujung jalur ini kita akan ketemu Teluk Kiluan. Namun sebelum sampai ke teluk ini, perlu perjuangan ekstra keras, karena tidak semua jalur yang kita lalui beraspal.
   
Mulai memasuki daerah Lempasing, jalannya menyempit, berkelok-kelok dan naik turun. Kita harus ekstra hati-hati dalam mengendarai mobil ketika melalui jalur ini jika tak mau jatuh ke dalam jurang. Walaupun begitu, kita akan disuguhi pemandangan hijau hutan yang terletak di kanan kiri jalan yang menyejukkan mata. Sesekali akan terlihat lautan luas nan biru yang terlihat dari sebelah kiri tebing-tebing jalan yang kita lalui. Tambak udang juga banyak terlihat di sisi kiri jalan yang langsung berhadapan dengan lautan.

Sebelum memasuki desa terakhir dengan jalanan yang dapat dilalui dengan mobil, perkampungan khas Lampung dengan rumah panggungnya menjadi daya tarik tersendiri dalam perjalanan menuju Teluk Kiluan. Setelah itu barulah kita memasuki desa Bawang, dimana jalanan yang kita lalui berubah menjadi jalan tanah yang bergelombang dan berbatu-batu. Kemudian Perjalanan dilanjutkan dengan naik ojek dikarenakan mobil tidak mungkin bisa melintas lagi. Mobil yang kita bawa pun terpaksa harus dititipkan di balai desa agar aman selama kita pergi ke Teluk Kiluan.Ternyata tidak sulit untuk menemukan tukang ojek di daerah ini, karena memang mereka sudah siap setiap waktu untuk mengantar tamu ke Kiluan.

Menurut Mas Yanto, salah seorang pengojek, “ Yang lebih sering datang adalah orang Bule”. Jadi para pengojek malah lebih sering mengantar tamu bule. Saat saat naik ojek adalah saat yang mendebarkan sehingga memacu andrenalin kita, karena harus melalui jalanan yang yang naik turun sangat curam. Terkadang ada beberapa ruas dimana kita harus turun dari kendaraan agar motor yang kita kendarai bisa naik. Bayangkan saja, kita mesti melalui ( menerabas ) G.Tanggamus ( 1.126 meter ) yang merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan. Karena dibalik gunung inilah surga tersembunyi “Teluk Kiluan” akan kita temukan.

Pemandangan unik lain juga bisa kita lihat di sepanjang jalan ketika naik ojek ke arah Kiluan. Kurang lebih tiga kilometer sebelum Kiluan ada perkampungan orang Bali, dimana semua kehidupan yang ada di situ persis adanya seperti di Bali. Dari mulai bangunan, tempat ibadah, cara berladang, bermasyarakat sampai dengan proses kehidupan sehari-hari

Akhirnya, setelah kurang lebih hampir 50 menit naik ojek, dan melalui perjuangan yang cukup melelahkan, keindahan Teluk Kiluan terlihat di depan mata. Takjub dan bahagia, itulah dua kata yang langsung tercetus dari dalam hati kami ketika menjejakkan kaki di teluk ini. Sejauh mata memandang ke depan membentang birunya laut, memandang ke belakang hijaunya hutan pegunungan bukit barisan dan selingi oleh suara angin laut yang sepoi-sepoi bagaikan nyanyian alam yang menyambut kedatangan para tamunya.

Setelah beberapa menit menikmati keindahan alam, Pak Johan, salah satu sesepuh di Teluk ini menyapa kami dan mengucapkan selamat datang dengan ramahnya. ”Silakan menikmati Ekowisata Kiluan yang sederhana dan apa adanya ini,” Sapa beliau dengan kesederhaannya. Kemudian kami semua menuju pondok yang terletak di pinggir pantai sambil menikmati minuman ala kadarnya yang telah disediakan. Setelah memperkenalkan satu persatu warga yang mengurus teluk ini, kami pun menanyakan banyak hal.

Diantaranya adalah mengenai sejarah atau asal-usul kiluan. Sebetulnya banyak legenda yang bercerita tentang Kiluan, tapi ada satu legenda yang sampai sekarang masih beredar dan dipercaya oleh masyarakat sekitar. Legenda berawal saat era mulai runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Islam masuk Indonesia. Di kawasan yang awalnya umbul atau perlambangan masyarakat Pekon Bawang, dikenal seorang pendatang yang sangat tinggi kesaktiannya. Dia bernama Raden Mas Arya yang berasal dari daerah Banten atau Malaka. Karena kesaktiannya yang belum terkalahkan, dia bisa tahu kapan ajalnya akan tiba.

Suatu hari Raden Mas Arya ditantang tanding oleh seorang warga setempat. Sang penantang ini adalah seorang guru silat dari Kotaagung, Tanggamus. Karena tahu ajalnya akan tiba ditangan Sang Penantangnya, Raden Mas Arya meminta dimakamkan di suatu pulau yang ditunjuknya. Karena itu pulau tempat dimakamkannya Raden Mas Arya dinamakan dengan Kiluan ( bahasa lampung ) yang artinya adalah meminta. Legenda ini dikuatkan dengan adanya semacam tumpukan batu ( mirip makam ) di puncak ketinggian Pulau Kiluan.

Setelah Puas berbincang-bincang dengan Pak Johan tentang sejarah Kiluan, kami pun naik perahu mengelilingi lautan disekitar pulau untuk melepas penat perjalanan dan kemudian mampir di Pulau Kiluan. Ternyata untuk mencapai Pulau Kiluan kita masih harus menyeberang 10 menit lagi dari Teluk Kiluan dengan naik perahu motor. Pulau yang asri, pasir putih, dengan suasana yang hening hanya terdengar deburan ombak, cocok sekali sebagai tempat peristirahatan atau tempat untuk mencari inspirasi-inspirasi baru. Penginapan sederhana yang berbentuk rumah panggung sudah tersedia di pulau ini, yang disediakan untuk para tamu yang ingin menginap. Untuk ukuran sebuah pulau yang terletak di pedalaman, penginapan ini tergolong lumayan bagus yang dilengkapi dengan fasilitas standar.

Tidak hanya menikmati keindahan Kiluan, wisata lain yang dapat dinikmati di kawasan ini adalah menikmati keindahan tarian lumba-lumba. Untuk menikmatinya, kita masih harus naik perahu duapuluh menit ke arah tengah Samudera dari Pulau Kiluan. Setidaknya ada dua jenis lumba-lumba di perairan ini, spesies pertama adalah lumba-lumba hidung botol ( Tursiops Truncatus ) dengan badan yang lebih besar dan pemalu. Spesies yang kedua adalah lumba-lumba paruh panjang ( Stenella Longirostris ) yang bertubuh lebih kecil dan senang melompat. Namun lumba-lumba tersebut jumlahnya makin lama makin turun karena perburuan yang dilakukan oleh manusia.

Untuk melindungi kekayaan alam yang ada di Kiluan maka didirikanlah Yayasan Cinta Kepada Alam ( Cikal ) yang salah satu misinya adalah menjalin kerjasama kemitraan dengan Pemerintah Daerah, Instansi-instansi, atau lembaga-lembaga yang terkait ( NGO ) di dalam mengembangkan Teluk Kiluan Kelurahan Negeri Kelumbayan Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus Propinsi lampung. Dan salah satu tujuan didirikannya yayasan ini adalah Melestarikan satwa-satwa lainnya di sekitar Teluk Kiluan seperti Penyu Sisik ( Eretmochelys Imbricate ), Siamang ( Symphalangus Syndactylus ), Simpai ( Presbythis Melalops ), Beruang Madu ( HelarctosMalayanus ) dan Kukang ( Nycticebus Coucang ).

Selain keunggulan yang dimiliki oleh kiluan, ada beberapa hal yang harus diperbaiki terutama : jalan menuju Teluk Kiluan harus diperbaiki supaya aksesnya lebih mudah. Sarana dan prasarana yang ada di Kiluan sendiri harus diperbaiki, misalkan MCK ( Mandi Cuci Kakus ) dan kelengkapan-kelengkapan lainnya yang berkaitan dengan wisata bahari. Niscaya Teluk Kiluan akan menjadi salah satu primadona wisata Kota Lampung ke depan jika didukung dengan manajemen operasi dan keuangan yang baik.
Kunjungi Wisata Lainnya


Read more »

Wisata ke Pulau Bintan

Pulau Bintan adalah pulau yang terbesar digugusan kepulauan Riau yang baru saja diresmikan sebagai provinsi, dengan Tanjung Pinang sebagai Ibu Kota provinsi Kepulauan Riau. Pulau Bintan ini terletak sekitar 50 miles sebelah selatan Singapore.

Kegiatan ekonomi utama pulau Bintan, selain penambangan dan perdagangan antar pulau, turisme mungkin merupakan kontribusi yang terbesar bagi pendapatan daerah. Bagian utara pulau Bintan, yang dikenal dengan Lagoi, disediakan untuk turisme, khususnya bagi turist – turist Malaysia dan Singapore.

Daerah Lagoi ini ditata sangat apik dengan security yang maksimal, untuk memastikan keamanan bagi para tourist. Penataan Lagoi ini seperti Nusa Dua di-Bali, dengan beberapa hotel berbintang 5, golf courses dan SPA. Mata uang yang diberlakukan dihotel-hotel berbintang adalah Singapore atau US Dollars. Meskipun pulau Bintan tidak mempunyai lapangan terbang, tetapi akses, baik kepulau Batam maupun Singapore sangat baik.

Diperkirakan sekitar lebih dari 5.000 orang yang secara langsung maupun tidak langsung bekerja disektor tourisme di-Lagoi. Mereka disediakan perkampungan, dormitory lengkap dengan pasar tradisional untuk keperluan sehari-hari. Ketentuan yang diberlakukanpun sangat ketat, yaitu: harga-harga dipasar tradisional perkampungan tersebut tidak diperbolehkan lebih tinggi dari pada harga-harga dipasar Tanjung Pinang. Perkampungan ini layaknya saebuah kota kecil saja. Bagi staff tingkat managerial, disediakan apartment yang berada dalam area yang lebih tertata dilingkungan yang berdekatan dengan tempat bekerja mereka masing-masing.

Pantai Trikora yang terletak dibagian timur pulau Bintan. Asal usul nama Trikora ternyata mempunyai dua versi: yang pertama dihubungkan dengan kata-kata “three corrals” konon yang diucapkan oleh pendatang asing pertama dipulau tersebut beberapa puluh tahun yang lalu. Versi lainnya yang lebih banyak dianut, nama Trikora tersebut dihubungkan dengan Tri Komando Rakyat sebuah “euphoria nasionalistic” yang dikumandangkan oleh Almarhum Presiden RI yang pertama Bung Karno, sehubungan dengan kampanye konfrontasi “Ganyang Malaysia” beberapa tahun yang lalu.

Berbeda dengan Lagoi, pantai ini, dengan nama versi manapun yang dipilih, disediakan untuk para turist lokal yang sudah barang tentu tidak mendapatkan perlakuan seperti pantai Lagoi. Hal ini dapat dilihat, dari sepanjang jalan, dijumpai perkampungan rakyat dan nelayan, juga dari bentuk hotel-hotel dan prasarana-prasarana yang lain, seperti restaurant dan lain sebagainya.
Kunjungi Wisata Lainnya

Read more »

Selasa, 01 Maret 2011

Gunung Dempo yang Memagari Alam

Memandang, menyusuri, mendaki, dan meneliti pesona wisata Gunung Dempo.Hamparan hijau kebun teh begitu segar. Tampak orang bercaping berbaris membawa keranjang dipundak, memetik pucuk daun teh. Hutan hijau pekat menjadi batas hijaunya teh dengan birunya gunung Dempo besama awan putih dipuncaknya.

Ditemani secangkir kawe (kopi) beraroma khas Pagar Alam, pemandangan alam nan asri saat pagi di serambi Penginapan Gunung Gare Pagar Alam ini, akan memikat siapa saja yang melihatnya.Belumlah puas mata memandang. Kaki pun akan tergerak melangkah di sela perkebunan teh, mencari-cari benalu teh yang berkhasiat itu di sela batang teh, ditemani segarnya dingin pagi dan sinar mentari yang mulai menyapu punggung gunung.
Ditemani secangkir kawe (kopi) beraroma khas Pagar Alam, pemandangan alam nan asri saat pagi di serambi Penginapan Gunung Gare Pagar Alam ini, akan memikat siapa saja yang melihatnya.Belumlah puas mata memandang. Kaki pun akan tergerak melangkah di sela perkebunan teh, mencari-cari benalu teh yang berkhasiat itu di sela batang teh, ditemani segarnya dingin pagi dan sinar mentari yang mulai menyapu punggung gunung.Gunung Dempo yang memiliki ketinggian 3.159 meter dari permukaan laut ini, merupakan daerah tertinggi di Provinsi Sumatera Selatan. Perjalanan selama kurang lebih 6 jam dari Palembang menuju Pagar Alam juga menjadi pengalaman menarik.

Memasuki daerah yang dipagari oleh alam pegunungan ini, jalan berkelok dengan lembah dan tebing di tepian jalan mengucapkan selamat datang memasuki Kota Pagar Alam.Gunung DempoTidak hanya keindahan Gunung Dempo yang terkenal, jalur pendakian gunung ini juga menjadi buah bibir dikalangan pendaki gunung. “Tantangan yang bervariatif, dan bonus (jalur datar) nya sedikit,” komentar para pendaki gunung asal Jawa. Gemericik suara air dan bermacam suara hewan penghuni gunung akan menemani para pendaki.Mendirikan kemah di hamparan puncak merapi, sebelum melihat kawah Dempo, juga menjadi daya tarik tersendiri. Menghangatkan badan meneguk kawe, di dekat api unggun, gemerlap lampu kota tampak dari ketinggian itu.

Apalagi disaat tahun baru tiba, hamparan ini akan dipenuhi para pendaki, baik yang berasal dari Pagar Alam, Palembang, bahkan dari luar Sumsel. Menyambut tahun baru di Puncak Merapi Dempo, seakan sudah menjadi tradisi.Daerah Pegunungan yang menjadi lokasi dipertandingkannya cabang oleh raga Paralayang pada PON ke XVI lalu ini, menjadikan wisata sebagai salah satu andalan. Derasnya arus sungai di sela bebatuan juga menjadikan ini sangat potensial untuk menjadi tempat arum jeram.Gunung DempoDaerah yang berjarak 300 kilometer dari Palembang ini juga sarat dengan daya tarik sejarah purba. Batu-batu peninggalan purba yang diperkirakan berumur 2500 sampai 3000 tahun ini terdapat di beberapa desa di kaki Gunung Dempo. Bentuk batunya pun beragam, dari lesung, hewan, manusia, dan ada juga batu berbentuk rumah.Megalit inilah yang membawa wisatawan mancanegara asal eropa kerap datang ke daerah pegunungan tertinggi di bukit barisan Sumatera ini.

Belum habis lah potensi wisata di Pagar Alam. Air terjun di pegunungan ini belum sepenuhnya dikembangkan, bahkan tidak menutup kemungkinan belum ditemukan. Seperti ditemukannya curub (air terjun) Pancur belakangan ini, sebuah keindahan baru yang terkuak.Selepas memuaskan minat wisata di tengah pesona alam Gunung Dempo. Para wisatawan dapat mengunjungi pasar tradisional di pusat kota. Kudu, sebuah senjata khas masyarakat Pagar Alam menjadi buah tangan favorit, selain kopi, teh, benalu teh, dan alpukat.Gunung DempoTekad Pagar Alam menjadikan kota wisata dan budaya ini semakin mantap dengan dicanangkannya Visit Musi 2008. Kota penghasil kopi dan teh semenjak jaman kolonial Belanda ini dikukuhkan sebagai kota Bunga. Halaman rumah, sekolah, dan taman kota dipenuhi bunga. Pameran bunga diadakan di alun-alun kota setiap tahunnya.

Balai Benih Jarai pun tidak hanya ditanami anggrek, pembudidayaan bunga krisan dilakukan disana. Pembudidayaan bunga potong ini merupakan bentuk dukungan Pemprov Sumsel terhadap upaya menjadikan Kota Pagaralam sebagai kota bunganya Bumi Sriwijaya.

Kekayaan potensi wisata ini disambut ramah warga setempat. Mereka siap menyapa wisatawan, penginapan memperbaiki pelayanan, jalan-jalan diperpanjang dan dihaluskan. Begitupun hutan, dengan penanaman pohon Bambang, dipertahankan kelestariannya.
Wisata Indonesia Lainnya
Read more »

Minggu, 20 Februari 2011

Ziarah Wisata ke Pulau Penyengat

BERWISATA tidak harus selalu menikmati keindahan alam atau sekadar menikmati hidangan lezat. Ada bentuk wisata yang sudah sejak lama dilakukan masyarakat bahkan ada yang menjadi bagian tradisi, yakni wisata religi, seperti berziarah atau mengunjungi makam seorang tokoh, pahlawan, maupun raja-raja.

Bila mengunjungi makam raja, selain berziarah, Anda tidak hanya mendapatkan sisi religiusnya, tetapi juga mendapat kisah dan sejarah sekaligus menikmati arsitektur bangunan makam. Seperti halnya di makam Raja Ali Haji, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Makam Raja Ali Haji (RAH) terdapat di Pulau Penyengat Indera Sakti, Kepulauan Riau. Pulau Penyengat merupakan pulau yang berjarak sekitar 6 kilometer di seberang kota Tanjung Pinang, ibu kota Kepulauan Riau.

Di pulau ini terdapat beberapa kampung dengan peninggalan pada masa Kerajaan Melayu Riau Lingga. Pergi ke Pulau Penyengat berjarak tempuh sekitar 20 menit dari Dermaga Tanjung Pinang menggunakan perahu motor kecil atau yang disebut dengan pompong. Untuk menaiki pompong, dikenakan biaya Rp 5.000-Rp 10.000 per orang. Atau jika ingin menyewa, dikenakan biaya sebesar Rp 80.000 per pompong yang akan membawa penumpang pergi-pulang.

Untuk mengelilingi pulau ini, pengunjung dapat menggunakan becak motor (bemor) yang dapat disewa dengan harga Rp 20.000. Di Pulau ini, pengunjung tidak akan menemukan mobil atau kendaraan sejenisnya.

Nama Pulau tempat makam RAH bernaung, Penyengat, selalu dikait-kaitkan dengan nama besar sang pujangga besar nusantara tersebut. Oleh masyarakat Melayu, khususnya di semenanjung Malaka, nama ini dianggap sebagai pahlawan besar yang layak diagungkan dan dimonumenkan.

Nama lengkap Raja Ali Haji adalah Raja Ali al-Hajj ibni Raja Ahmad al-Hajj ibni Raja Haji Fisabilillah bin Opu Daeng Celak alias Engku Haji Ali ibni Engku Haji Ahmad Riau. Dia dilahirkan pada tahun 1808 M/1193 H di pusat Kesultanan Riau-Lingga di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, dan meninggal pada tahun 1873 M di pulau itu juga.

Pulau Penyengat sebagai tempat kelahiran RAH memiliki arti khusus dalam pembentukan kepribadiannya. Di pulau inilah dia mendedikasikan pengetahuan kepada suluruh masyarakat Riau, dan kemudian menyebar ke seluruh wilayah Nusantara. Konon, sebelum dijadikan pusat kerajaan, Penyengat dikenal sebagai pulau yang sering dikunjungi oleh para nelayan atau pelaut yang ingin mencari air bersih. Pada suatu waktu, saat mengambil air, seorang di antara mereka dikejar-kejar oleh sejenis hewan yang punya alat sengat. Sejak saat itulah pulau ini oleh masyarakat sekitar disebut sebagai Pulau Penyengat. Selain itu, Penyengat juga dikenal sebagai Pulau Mas Kawin. Menurut legenda masyarakat Melayu, pulau ini dihadiahkan Sultan Mahmud Marhum Besar, Sultan Riau-Lingga periode 1761-1812 M, kepada Engku Putri Raja Hamidah, sebagai mas kawin untuk meminangnya.

Karena jasanya yang begitu besar, maka pada tanggal 10 November 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada RAH, pada saat peringatan Hari Pahlawan 10 November di Istana Negara, Jakarta.

Pulau Penyengat yang hanya memiliki lebar sekitar satu kilometer dan panjang sekitar dua sampai tiga kilometer ini juga terdapat puluhan situs bersejarah peninggalan sultan, entah itu berbentuk istana, gedung mahkamah, tempat mandi, gedung tabib, masjid, ataupun makam termasuk di dalamnya Makam Raja Ali Haji sendiri. Beragam situs bersejarah yang menyebar di pulau ini seolah terangkai dalam satu kontinum yang menggambarkan kebesaran sejarah kerajaan Malayu Riau.

Kompleks makam Raja Ali Haji terkesan sederhana, terletak di kaki bukit kecil yang dikelilingi oleh pohon rindang ambacang, mengkudu, dan jambu. Ada beberapa bangunan di kompleks pemakaman ini, di antaranya sebuah masjid mini, berkubah, dan bermihrab. Dinding-dindingnya didominasi warna kuning dan sedikit warna hijau, dengan jendela bulat layaknya jendela kapal. Di dalam bangunan utama ini terdapat cuplikan “Gurindam Dua Belas”. Makam Raja Ali Haji sendiri terletak di luar bangunan utama dengan naungan atap berwarna hijau. Tidak adanya dinding penyekat yang menutupi makam seolah membiarkan para peziarah masuk dan melihat secara lebih leluasa. Dua nisan di atas makam ini dibungkus rapi oleh kain berwarna kuning, mirip seperti cara membungkus jenazah saat prosesi penguburan. Mengamati detail makam ini, pengamat akan segera menangkap tulisan di atas makam yang berbunyi: “Raja Ali Haji, Terkenal, Gurindam XII”.

Sebenarnya dalam kompleks ini terdapat banyak makam para Raja Kesulatanan Riau Lingga yang bersanding sisi dengan makam Raja Ali Haji. Makam permaisuri terletak di bangunan utama, sedangkan makam raja laki-laki, seperti Raja Ahamad Syah, Raja Abdullah Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga IX, dan Raja Ali Haji sendiri terdapat di luar ruangan. Makam Engku Putri Raja Hamidah yang secara simbolis merupakan pemilik mas kawin Pulau Penyengat dari Sultan Mahmud Marhum Besar, terdapat di dalam ruang utama. Selain itu, masih terdapat banyak makam orang-orang yang punya hubungan kekerabatan kerajaan di luar pagar kompleks makam.

Melongok makam RAH mungkin akan menimbulkan kesan unik bagi pengunjung. Pasalnya, meski secara resmi dikenal sebagai kompleks makam Engku Putri Raja Hamidah, pengelola makam sengaja menonjolkan atribut formal untuk penghormatan terhadap Raja Ali Haji. Lihat saja, dua baliho yang merujuk pada kebesaran sang pujangga: “Raja Ali Haji Pahlawan Nasional Bidang Bahasa Indonesia” dan sebuah lagi, “Raja Ali Haji Bapak Bahasa Melayu-Indonesia, Budayawan di Gerbang Abad XX”. Mungkin hal ini dimaksudkan sebagai penghormatan terhadap tokoh besar Nusantara (RAH) yang ditabalkan oleh Keppres RI Nomor 089/TK/2004 sebagai Pahlawan Nasional, tanpa menafikan penghormatan terhadap raja-raja lain dalam makam ini.

Bila masih belum puas mengunjungi makam RAH, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan wisatanya di pulau kecil ini. Di antaranya adalah Istana Kedaton tempat Sultan Riau-Lingga terakhir tinggal; Istana Bahjah tempat tinggal Raja Ali Kelana, Gedung Hakim Mahkamah Syariah Raja Haji Abdullah dengan tiang-tiang kukuh menyerupai bangunan Yunani kuno, Gedung Tabib, bekas tempat praktek Engku Haji Daud, tabib kerajaan, dan Perigi Kunci, tempat mandi putri istana. Selain situs-situs sejarah ini juga masih terdapat situs lain di antaranya makam Yang Dipertuan Muda Riau IV Raja Haji Fisabilillah, Tapak Percetakan Kerajaan, Benteng Bukit Kursi, Makam Embung Fatimah di Bukit Bahjah, dan Bukit Penggawa. Daftar situs-situs sejarah ini tercatat rapi pada katalog wisata yang dijajakan penduduk kepada para wisatawan saat mengunjungi Pulau Penyengat.
(okezone)
Wisata Indonesia Lainnya

 
Read more »

Mercusuar Tanjung Kelian, Jendela Pantai Bangka

MENAPAKI 199 anak tangga yang melingkar untuk mencapai puncak sebuah menara setinggi 56 meter ternyata bukan pekerjaan mudah bagi mereka yang tidak terbiasa beraktivitas berat.

Perasaan itu juga akan dialami oleh mereka yang mencoba meraih pucuk mercusuar Tanjung Kelian, mercusuar tua yang masih berdiri kokoh di tepi Pantai Tanjung Kelian, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung.

Suar peninggalan Inggris yang didirikan tahun 1862 itu letaknya hanya 10 menit dari Pelabuhan Mentok, pintu gerbang sebelah barat Pulau Bangka. Mercusuar Tanjung Kelian bukan sekadar pemandu bagi kapal-kapal yang melintas di Selat Bangka.

Sosok menara batu itu, dan sejumlah peristiwa sejarah yang terkait dengannya, seperti magnet yang menarik setiap pengunjung yang datang ke Muntok, ibu kota Bangka Barat. Mercusuar Tanjung Kelian ibarat jendela Pantai Bangka Barat. Memasuki perut mercusuar tersebut, setiap pengunjung akan segera disergap oleh hawa sejuk dengan aroma kelembapan ruang yang jarang terkena sinar Matahari. Dinding mercusuar yang tebal menahan udara pantai yang cukup panas.

Dasar mercusuar yang agak gelap membuat tapak-tapak anak tangga sedikit licin karena berlumut sehingga kaki harus dipijakkan dengan sangat hati-hati agar tidak terpeleset. Setiap selang 10 tapak, anak tangga sengaja dibuat melebar yang berfungsi sebagai penanda tingkat. Setelah tiga tingkat, pandangan sudah lebih leluasa karena ada ventilasi pada dinding mercusuar. Ventilasi itu berupa jendela berbentuk bulat dengan daun jendela berupa tingkap yang bisa didorong keluar.

Dari jendela tersebut aktivitas bakal dermaga penyeberangan Muntok-Palembang, yang tengah dibangun tidak jauh dari mercusuar, jelas terlihat. Dermaga Tanjung Kelian akan menggantikan Pelabuhan Muntok sebagai tempat kedatangan dan pemberangkatan feri penyeberangan. Berdiri di depan jendela itu selama beberapa menit membuat paru-paru dipenuhi udara sejuk yang melegakan.

Semakin tinggi, sampai ke tingkat 18, tangga batu digantikan oleh 19 tapak tangga dari kayu yang mengantar ke bagian paling atas dari mercusuar tersebut. Di ruangan berdiamater tiga meter itu terdapat lampu mercusuar yang terletak di tengah-tengah ruangan.

Perangkat lampu membuat ruangan terasa sempit. Menurut penjaga Suar, kap lampu yang terbuat dari gelas tebal itu masih asli. Lampu ini punya kekuatan sorot sampai 40 mil jauhnya, dengan kekuatan 1.000 watt. Setiap kali dinyalakan membutuhkan 20 liter solar, yang membuatnya bisa bertahan 12 jam.

Sayangnya, pucuk menara yang terhitung kerap didatangi oleh pengunjung itu tak terhindar dari tangan-tangan jahil. Dinding menara yang licin dengan cat putih penuh dengan coretan. Bagian luar menara dikelilingi oleh teras melingkar dengan pagar pembatas berwarna merah darah. Pintu mercusuar terbuat dari besi dengan bentuk seperti pintu kapal yang tingginya sekitar satu meter.

Dari puncak menara itu mata bisa melihat sepertiga wilayah Bangka Barat. Kapal-kapal nelayan yang sedang bersandar di Pelabuhan Mentok, pemancing ikan yang sedang duduk santai di rongsokan bangkai kapal di pinggir pantai, dan deretan pohon kelapa sawit.

Garis cakrawala yang melengkung menjadi pembatas antara wilayah perairan dan langit bebas. Sudah sejak lama Pantai Tanjung Kelian yang berada di ujung Kota Mentok menjadi tempat rekreasi yang murah meriah bagi masyarakat setempat. Setiap sore pantai berpasir putih itu selalu ramai. Keluarga yang datang dengan membawa tikar dari rumah, anak-anak muda yang duduk di atas sepeda motor mereka, sampai pehobi mancing.

Setiap memasuki bulan Puasa, masyarakat juga punya kebiasaan unik, berkemah di tepi pantai. Minimal dua hari sebelumnya mereka sudah mematok lahan pantai yang akan ditempati untuk berkemah. Persis sehari sebelum masuk minggu pertama bulan Puasa, pantai di depan mercusuar ini penuh oleh warga.

Keindahan alam memang menjadi sahabat setia tiga petugas penjaga yang tinggal di kompleks mercusuar tersebut. Namun, Tanjung Kelian tidak semata menawarkan keindahan alam. Ada potongan sejarah yang tertinggal. Mercusuar tersebut menjadi saksi tragedi yang menimpa sekelompok perawat asal Australia saat kapal mereka dikandaskan oleh tentara Jepang pada masa Perang Dunia II.

Tugu peringatan itu terletak di halaman depan mercusuar, di bawah naungan pohon ketapang besar. Tugu yang sempat dikunjungi oleh kerabat para perawat asal Australia pada tahun 2000 dan 2002 itu merupakan bagian sejarah yang sebenarnya mampu menjadikan mercusuar Tanjung Kelian sebagai obyek wisata yang menarik.(okezone.com)
Kunjungi Juga Wisata Lainnya



Read more »

Kamis, 17 Februari 2011

Menengok Ibu Kota Kecamatan Teluk Bayur, Kabupten Berau

Mendengar nama Teluk Bayur, yang pertama kali terlintas di pikiran adalah sebuah daerah di Sumatera Barat. Namun, tak hanya Sumatera Barat yang memiliki nama daerah Teluk Bayur. Kabupaten Berau juga memiliki kota kecamatan bernama Teluk Bayur, yang menyimpan peninggalan masa penjajahan Belanda.
Dari Tanjung Redeb (ibu kota Kabupaten Berau) Teluk Bayur berjarak sekitar 10 kilometer. Awalnya, Teluk Bayur ini hanya berupa kelurahan, dan menjadi bagian dari Kecamatan Tanjung Redeb. Seiring dengan berjalannya waktu, Teluk Bayur kemudian dimekarkan menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 9 ribu jiwa.
Keberadaan penjajahan Belanda di daerah ini dibuktikan dari beberapa bangunan tua yang masih berdiri kokoh, meski tak lagi terawat. Seperti lapangan sepak bola yang sekaligus menjadi pusat kegiatan bagi warga Teluk Bayur, juga merupakan bekas lapangan olahraga bagi para warga Belanda yang bekerja di lokasi tambang batu bara. Di lapangan ini pula, konon tim sepakbola Ajax Amsterdam pernah melakukan sebuah pertandingan persahabatan.
Sebagai daerah yang berada di tepi Sungai Segah, rumah kayu cukup mendominasi kawasan pemukiman di Teluk Bayur. Dari kegiatan tambang batu bara sejak zaman penjajahan Belanda, Teluk Bayur bisa dikatakan sebagai kota tua di Berau. Sebab, di daerah ini pula dahulu bangsa Belanda banyak bermukim. Maka tidak heran kalau di wilayah ini masih banyak dijumpai bangunan-bangunan tua sisa peninggalan Belanda.
Bangunan tua, namun masih terlihat kemegahannya itu, dahulu menjadi rumah para meneer yang berkuasa atas operasi penambangan batu bara. Hingga kini aktivitas penambangan batu bara di Teluk Bayur pun masih berlanjut. Bahkan semakin marak dengan munculnya para investor, tak terkecuali para spekulan lahan.
Bagi kalangan pertambangan, daerah ini dikenal banyak memiliki potensi sumberdaya alam, termasuk batu bara. Lalu, kenapa daerah ini diberi nama Teluk Bayur? Apakah di kawasan ini banyak perantau dari Sumatera Barat?
Sama sekali tidak, justru di daerah ini banyak bermukim orang Jawa, yang hingga kini pun tidak tahu, dari mana mereka berasal. Mereka yang bermukim di Berau hanya tahu bahwa dirinya orang Jawa dari Teluk Bayur. Tapi mereka tidak tahu, dari mana mereka berasal. Sebab, dari zaman kakek buyut mereka, sudah hidup turun-temurun di Teluk Bayur.
Konon, ketika Belanda membuka penambangan batu bara dengan sistem menggali dari dalam, bukan penambangan terbuka, banyak mendatangkan pekerja paksa dari Jawa. Inilah yang kemudian diyakini menjadi cikal bakal, kenapa banyak orang Jawa bermukim di Teluk Bayur yang kemudian dikenal sebagai orang Jawa Teluk Bayur.
Dari cerita yang berkembang di masyarakat, nama Teluk Bayur juga tak lepas dari masa penjajahan Belanda. Konon pada masa itu, ada warga Belanda datang ke Jawa. Rupanya sang warga Belanda itu kepincut seorang gadis Jawa. Sang perawan Jawa pun tak bertepuk sebelah tangan. Lebih-lebih ketika diiming-imingi akan diboyong ke Teluk Bayur, Sumatera Barat, jika benar-benar menikah nanti.
Rayuan maut itu berhasil, sang gadis asal Jawa itu sudah membayangkan betapa indahnya tempat bernama Teluk Bayur itu. Maka bayangan Teluk Bayur itu tak pernah lepas dari sang gadis. Belakangan, ternyata pria Belanda ini urung ke Teluk Bayur Sumatera Barat, diduga karena dipindah-tugaskan di Berau.
Walhasil, sang Belanda tetap memboyong gadis Jawa ini menyeberangi laut Jawa tetapi ke Berau, Kalimantan Timur. Tepatnya di tepi Sungai Segah Kabupaten Berau. Namun, sang pria Belanda ini tetap menyampaikan pada sang gadis Jawa bahwa daerah itulah yang dinamakan Teluk Bayur. Sang gadis pun sangat meyakini telah berada di Teluk Bayur hingga akhir hayatnya. Itu sebabnya, sampai sekarang kawasan itu disebut sebagai Teluk Bayur.
Asal-usul nama itu tentu bisa diperdebatkan, namun yang pasti, Teluk Bayur di Berau itu kini sudah menjelma menjadi sebuah kota kecamatan yang terus tumbuh. Apalagi kegiatan tambang batu bara mulai menggeliat di kecamatan ini. Sebenarnya, sebagai cikal bakal kegiatan tambang di Kaltim, Teluk Bayur bisa dikembangkan sebagai kota wisata sejarah tambang batu bara.
Camat Teluk Bayur Wardji menyampaikan, Pemerintah Kabupaten Berau pernah berencana merenovasi bangunan tua peninggalan penjajah Belanda yang berada di Teluk Bayur. Renovasi tersebut guna memperbaiki beberapa bagian bangunan yang rusak serta mempercantik bangunan dengan tetap mempertahankan bentuk serta konstruksi bangunan yang ada.
Bahkan untuk menggali lebih dalam mengenai sejarah bangunan tua tersebut Pemkab Berau merencanakan melakukan studi banding ke Belanda untuk menggali lebih banyak lagi sejarah bangunan yang ada.
Namun, hal ini belum terealisasi. Ini terlihat dari bangunan tua di belakang SD 003 Teluk Bayur yang tak lagi terawat, meski sebenarnya struktur bangunannya masih kokoh. Bangunan di atas ketinggian menghadap Sungai Segah ini, jadi saksi bisu masa kejayaan Teluk Bayur sebagai kota tambang di masa lampau.
Tentu tidak sedikit biaya untuk merenovasi bangunan ini. Apalagi, di sekeliling bangunan yang sudah berusia sekitar 80 tahun itu sudah banyak pemukiman warga. Akan lebih baik jika renovasi dan pemugaran bangunan tua itu diikuti dengan relokasi rumah warga di sekitar bangunan tersebut.
Bupati Berau Makmur HAPK menyampaikan, peninggalan itu adalah aset daerah sekaligus menjadi bukti sejarah keberadaan penjajah Belanda yang pernah berada di Berau. “Dengan perbaikan di beberapa bangunan itu, nantinya akan dijadikan aset Berau. Bisa juga dijadikan penginapan atau tempat wisata,” ujar Bupati. Tapi kini, bangunan itu lebih banyak dijadikan tempat untuk menggelar pesta minuman keras serta pasangan muda-mudi untuk pacaran.
Selain tambang batu bara, Teluk Bayur juga masih menyimpan potensi wisata alam berupa Taman Hutan Wisata Sei Tangap, bersebelahan dengan Bumi Perkemahan Mayang Mengurai. Lokasi yang sejuk ini bisa dijadikan alternatif beristirahat. Hawa sejuk di bawah kerimbunan pepohonan membuat suasana santai dan menyenangkan.
Sayangnya, kawasan hutan milik Inhutani I yang dulu pernah menjadi kebanggaan masyarakat Berau sebagai taman rakyat itu tak lagi terawat. Di sana ada aneka jenis tanaman yang dirawat dan dikelola dengan baik.
Konon ada juga koleksi hewan liar yang ada di hutan Berau. Ya, itu dulu pada masa jayanya industri perhutanan. Sebab sekarang taman itu tampak sekali tidak terurus, kotor dan tidak menarik. Kecuali tinggal pintu gerbang masuknya yang masih utuh. Itu pula yang paling pantas difoto. Kini, hewan-hewan koleksi taman ini tidak jelas ke mana perginya, entah dipelihara orang, dijual, mati atau malah kabur.


Read more »

Padang yang Bikin Terkenang

KOTA Padang, mendengar nama kota ini benak kita mungkin segera membayangkan kekhasan masakan Padang, atau atap khas melengkung dengan ujung runcing seperti tanduk kerbau yang disebut gonjong-gonjong.

Kemudian, legenda Malin Kundang, kisah Siti Nurbaya, dan lagu ”Teluk Bayur” yang dibawakan Ernie Johan pada tahun 1960-an.

Secara geografis, kota itu sangat menarik karena diapit Selat Mentawai dan Pegunungan Seribu. Walhasil, kita dapat menikmati keharmonisan antara kekayaan budaya dan keindahan pesona atau dalam urang awak disebut rancak bana dan bakal membuat kita selalu takana jo koto Padang (terkenang pada kota Padang).

Kota Padang pada awalnya adalah pemukiman nelayan di beberapa muara sungai antara lain Batang Arau, Batang Kuranji, Batang Muaro Panjalin, dan Batang Anai. Sejak penguasa kerajaan Pagaruyuang dalam Perjanjian Painan tahun 1667 mengizinkan VOC memonopoli perdagangan dan mendirikan benteng di tepi Batang Arau, mulailah sejarah perkembangan kota Padang. Pertumbuhan kota dimulai di sekitar benteng VOC yang lalu dibongkar oleh penguasa Inggris pada 1781 dan pasar pribumi (Pasar Gadang).

Saat ini, wilayah di sekitar bekas benteng VOC menjadi pusat kota lama atau koto tuo yang penuh bangunan berarsitektur kolonial. Di situ terdapat pula pecinan yang disebut Kampung China penuh bangunan berarsitektur khas Tiongkok berupa deretan rumah toko tradisional dan kelenteng, misalnya Kelenteng Sin Hin Kiong.

Panorama kota lama itu bisa kita nikmati dari atas jembatan Siti Nurbaya di Batang Arau. Jembatan itu jadi landmark atau tetenger kota Padang. Dahulu, di sepanjang sisi utara sungai itu terdapat rel kereta api. Setelah ada proyek revitalisasi, lahan bekas rel itu berubah menjadi taman dan lahan terbuka di tepi sungai.

Di Batang Arau terdapat dermaga wisata bahari. Dari dermaga itu banyak turis mancanegara menyewa perahu boat menuju lokawisata Sekuai Island Resort yang bisa ditempuh sekitar 25 hingga 40 menit dari dermaga. Pulau seluas 40 hektare itu dikelilingi pasir putih. Begitu eksotis dan menawan.

Kemenawanan khas lainnya di Padang adalah atap gonjong-gonjong. Atap seperti itu bisa kita jumpai pada hampir semua bangunan, khususnya perkantoran. Bangunan perkantoran yang kali pertama menggunakan atap gonjong gonjong adalah kantor Gubernur Sumbar. Bangunannya merupakan tinggalan Belanda, tapi pada tahun 1959 Gubernur Sumbar saat itu Kaharroedin Dt Rangkayo Basa memerintahkan perubahan atap kantor dengan atap khas Minangkabau. Pada 1970-an Gubernur Azwar Anas mengimbau agar bangunan perkantoran di kota Padang dibangun dengan atap itu juga. Bangunan ”bagonjong” yang terkategori gaya arsitektur neo-vernakular terbaru adalah Bandara Internasional Minangkabau.

Tempat lain yang sungguh sayang bila kita lewatkan ketika di Padang adalah Teluk Bayur. Pada bagian selatan teluk terindah di nusantara tersebut banyak dijumpai warga yang memancing ikan, menikmati matahari tenggelam. Meskipun masih berada di kawasan kota, suasana di situ terasa sangat alamiah karena jalan raya di tepi garis pantainya dibatasi laut dan hutan alam dengan berbagai satwa seperti monyet yang tampak sangat akrab dengan manusia.

Apabila kita menikmati jagung atau pisang bakar yang banyak dijual di tepi teluk, kita mesti waspada karena banyak monyet yang mendekat. Secara naluriah monyet-monyet tersebut mengharap kedermawanan kita untuk memberikan sebagian jagung atau pisang bakar yang kita nikmati. Yang pasti, mereka memberikan atraksi bak pemain akrobat. Lihat saja bagaimana mereka merangkak dengan santai melalui kabel telepon yang membentang di antara jajaran tiang di tepi jalan.

Pesona lainnya bisa kita peroleh dari warna air di tepi teluk bertebing itu yang terlihat biru jernih. Walhasil, dasar lautnya terlihat jelas penuh ikan yang berenangan kian kemari di antara tanaman laut dan karang. Dan, nun di kejauhan tampak kapal-kapal niaga yang sedang berlabuh. Barangkali pesona keindahan itulah yang telah mengilhami Ernie Johan untuk melantunkan ”Teluk bayur” yang sangat terkenal beberapa dasawarsa lalu.

Bangunan-bangunan yang berjajaran di tepi laut pun bisa jadi pelengkap keindahan. Karena letak geografis kota Padang yang memanjang di tepi laut, maka banyak bangunan berlokasi di pinggir pantai. Salah satu hotel terkemuka di Padang. Lahan bangunannya mencakup sebagian area pantai.

Pada kunjungan kali terakhir di Padang, saya memilih bermalam di salah satu hotel dengan panorama langsung ke laut. Untuk memuaskan keinginan tamu yang ingin berenang di laut tetapi takut dengan kemungkinan datangnya ombak besar, di antara bangunan hotel dan pasir pantai dibangun kolam renang air tawar. Jadi, sembari berenang di kolam renang air tawar, tamu hotel masih tetap dapat melihat matahari terbenam di laut. Eksotis!

Selain itu, kampus Universitas Bung Hatta Padang pun memiliki bagian belakang bangunan yang berbatasan langsung dengan pantai. Tentu itu bisa menjadi jampi stres mahasiswa dari rutinitas perkuliahan. Pasalnya, setiap saat mereka bisa menikmati keindahan laut tanpa harus bersusah payah atau mengeluarkan biaya tertentu. Bahkan, jika berminat, para mahasiswa kampus tersebut dapat langsung bersantai di pasir dan berenang di laut.

Masyarakat Padang pun tidak perlu takut lagi dengan kemungkinan tsunami karena sudah ada program ”tsunami early warning system”. Apalagi, kota Padang terlindungi oleh kepulauan Mentawai dari terpaan langsung ombak Samudra Hindia.

Satu hal lagi yang bisa menjadi daya tarik di Padang adalah angkutan kota yang unik. Siapa pun yang sudah pernah ke kota itu sangat mungkin mau bersepakat kalau angkutan di sana yang paling atraktif di Indonesia. Hampir semua bus kota dilengkapi aksesoris yang aduhai ditambah lukisan warna-warni seluruh bodi mobil. Kalau dipandang, itu mirip kendaraan angkutan di dalam taman hiburan ”Disneyland”. Adapun minibusnya rata rata memiliki bodi yang penuh tulisan warna-warni dan dilengkapi aksesoris bak mobil balap.

Bagian dalamnya pun sangat menakjubkan. Penataan sound system dan interiornya bagaikan mobil mewah, lengkap dengan dentuman musik yang tak bakal membuat penumpangnya tertidur selama perjalanan keliling kota Padang. Semua itu, sekali lagi, bakal membuat siapa pun takana jo koto Padang.

Ikan Pipih ala Padang Pariaman

Kota Padang punya kaitan erat dengan kota tetangganya, yaitu Padang Pariaman. Pada hari Minggu atau libur, banyak orang yang datang berwisata ke Pantai Cermin di Padang Pariaman. Umumnya untuk ke sana, mereka naik kereta api atau kendaraan pribadi. Loka tersebut juga sering dimanfaatkan sebagai wahana berkenalan dan bercengkerama kalangan remaja.

Yang sangat menarik dari pantai itu adalah acara keagamaan berupa arak-arakan ”tabuik” pada bulan tertentu. Perlu diketahui, sebenarnya prosesi tersebut merupakan upacara khas masyarakat Islam Syiah. Hanya saja sekarang ini, ritus tersebut bersifat umum karena sudah menjadi tradisi budaya di kawasan pantai itu.

Di daerah Ulaan, sekitar 60 kilometer dari kota Padang, terdapat makam Sultan Syeh Burhanudin. Gerbang dan makam syeh itu merupakan bangunan beratap ”bagonjong”. Sang sultan adalah orang pertama yang menyebarkan Islam di Minangkabau setelah dirinya menuntut ilmu agama Islam selama 30 tahun di Aceh. Perannya dalam penyebaran Islam mirip dengan Wali Songo di Pulau Jawa. Pada bulan Sapar, ribuan umat Islam khususnya yang beraliran sunni dari segala penjuru Sumatera Barat datang berziarah dan memadati kawasan makamnya.

Di kawasan itu pula kita dapat menikmati aneka masakan ikan laut. Pada umumnya pengunjung membeli sebagai oleh-oleh khas Ulaan. Cara menggoreng ikan yang unik bisa pula menjadi atraksi tersendiri bagi pelancong. Sebut misalnya cara menggoreng ikan pipih yang panjangnya sekitar 50 cm dan lebar 3 cm. Ikan itu dibentuk seperti spiral, melingkar dan ditusuk dengan bambu serta diberi tepung sebelum digoreng. Keunikan cara menggoreng rempeyek juga memikat untuk dilihat.

Bayangkan, adonan tepung di tuangkan ke atas lempengan aluminium berdiameter 10 cm kemudian di beri udang atau ikan kecil, dan digoreng bersama cetakannya. Setelah matang dan diangkat dari tempat penggorengan, rempeyek dipisahkan dari alas aluminium yang berfungsi sebagai cetakan sehingga dihasilkan rempeyek yang tipis dan berbentuk bulat sempurna. Rasanya gurih dan renyah.

Tak hanya itu, alam sepanjang perjalanan dari kota Padang ke Padang Pariaman juga sangat menawan. Kemenawanan itu bisa kita nikmati lebih intensif apabila kita beristirahat untuk makan di salah satu kedai yang terletak di tepi jalan di kawasan Sicincin, Desa Kiambang. Sambil menikmati kelezatan sate Padang, atau sayur daun pakis dengan kuah santan yang dihidangkan bersama ketupat dan es kelapa muda, kita bisa melihat alam yang memampangkan latar belakang Bukit Barisan. Itu masih ditambah dengan keelokan bentangan sawah nan subur.

Tak heran, Minangkabau disebut sebagai salah satu lumbung padi nusantara. Belum lagi kemolekan muara sungai yang penuh nyiur melambai-lambai. Yakinlah, kalau ketika itu kita bawa kamera, jari kita tak bakal malas menjepret-jepret.(okezone.com)
Wisata di Indonesia


Read more »

Rabu, 16 Februari 2011

Pasar Buah di Berastagi

Kabupaten Karo, pasar buah di Berastagi. Merupakan salah satu tempat belanja para wisatawan yang berkunjung ke Berastagi. Selain buah-buahan, namun tersedia juga sayur, dan bunga, serta aneka ragam souvenir yang cukup menarik.
Liburan akhir pekan nanti,  bisa anda coba untuk berwisata kelokasi tersebut, karena lokasi tersebut masih tergolong asli dan asri serta udara masih segar dan dingin.
Kota wisata Berastagi, terletak sekitar 60 km dari ibu kota provinsi Sumut, Medan, dapat dicapai dengan mudah, baik dengan kendaraan roda dua atau empat. Menuju lokasi dari Kota Medan, anda akan melewati jalan yang cukup terjang dan berliku-liku.
Disepanjang jalan, mulai dari sembahe menuju Berastagi, terdapat sederetan hotel dan villa-villa mewah untuk tempat penginapan bermalam bagi anda yang ingin menginap. Harga penginapannya cukup relatif terjangkau.
Mampir Juga ke Wisata Asyik Lainnya.



Read more »

 
informasi tempat wisata di sumatra indonesia