Minggu, 20 Februari 2011

Ziarah Wisata ke Pulau Penyengat

BERWISATA tidak harus selalu menikmati keindahan alam atau sekadar menikmati hidangan lezat. Ada bentuk wisata yang sudah sejak lama dilakukan masyarakat bahkan ada yang menjadi bagian tradisi, yakni wisata religi, seperti berziarah atau mengunjungi makam seorang tokoh, pahlawan, maupun raja-raja.

Bila mengunjungi makam raja, selain berziarah, Anda tidak hanya mendapatkan sisi religiusnya, tetapi juga mendapat kisah dan sejarah sekaligus menikmati arsitektur bangunan makam. Seperti halnya di makam Raja Ali Haji, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Makam Raja Ali Haji (RAH) terdapat di Pulau Penyengat Indera Sakti, Kepulauan Riau. Pulau Penyengat merupakan pulau yang berjarak sekitar 6 kilometer di seberang kota Tanjung Pinang, ibu kota Kepulauan Riau.

Di pulau ini terdapat beberapa kampung dengan peninggalan pada masa Kerajaan Melayu Riau Lingga. Pergi ke Pulau Penyengat berjarak tempuh sekitar 20 menit dari Dermaga Tanjung Pinang menggunakan perahu motor kecil atau yang disebut dengan pompong. Untuk menaiki pompong, dikenakan biaya Rp 5.000-Rp 10.000 per orang. Atau jika ingin menyewa, dikenakan biaya sebesar Rp 80.000 per pompong yang akan membawa penumpang pergi-pulang.

Untuk mengelilingi pulau ini, pengunjung dapat menggunakan becak motor (bemor) yang dapat disewa dengan harga Rp 20.000. Di Pulau ini, pengunjung tidak akan menemukan mobil atau kendaraan sejenisnya.

Nama Pulau tempat makam RAH bernaung, Penyengat, selalu dikait-kaitkan dengan nama besar sang pujangga besar nusantara tersebut. Oleh masyarakat Melayu, khususnya di semenanjung Malaka, nama ini dianggap sebagai pahlawan besar yang layak diagungkan dan dimonumenkan.

Nama lengkap Raja Ali Haji adalah Raja Ali al-Hajj ibni Raja Ahmad al-Hajj ibni Raja Haji Fisabilillah bin Opu Daeng Celak alias Engku Haji Ali ibni Engku Haji Ahmad Riau. Dia dilahirkan pada tahun 1808 M/1193 H di pusat Kesultanan Riau-Lingga di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, dan meninggal pada tahun 1873 M di pulau itu juga.

Pulau Penyengat sebagai tempat kelahiran RAH memiliki arti khusus dalam pembentukan kepribadiannya. Di pulau inilah dia mendedikasikan pengetahuan kepada suluruh masyarakat Riau, dan kemudian menyebar ke seluruh wilayah Nusantara. Konon, sebelum dijadikan pusat kerajaan, Penyengat dikenal sebagai pulau yang sering dikunjungi oleh para nelayan atau pelaut yang ingin mencari air bersih. Pada suatu waktu, saat mengambil air, seorang di antara mereka dikejar-kejar oleh sejenis hewan yang punya alat sengat. Sejak saat itulah pulau ini oleh masyarakat sekitar disebut sebagai Pulau Penyengat. Selain itu, Penyengat juga dikenal sebagai Pulau Mas Kawin. Menurut legenda masyarakat Melayu, pulau ini dihadiahkan Sultan Mahmud Marhum Besar, Sultan Riau-Lingga periode 1761-1812 M, kepada Engku Putri Raja Hamidah, sebagai mas kawin untuk meminangnya.

Karena jasanya yang begitu besar, maka pada tanggal 10 November 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada RAH, pada saat peringatan Hari Pahlawan 10 November di Istana Negara, Jakarta.

Pulau Penyengat yang hanya memiliki lebar sekitar satu kilometer dan panjang sekitar dua sampai tiga kilometer ini juga terdapat puluhan situs bersejarah peninggalan sultan, entah itu berbentuk istana, gedung mahkamah, tempat mandi, gedung tabib, masjid, ataupun makam termasuk di dalamnya Makam Raja Ali Haji sendiri. Beragam situs bersejarah yang menyebar di pulau ini seolah terangkai dalam satu kontinum yang menggambarkan kebesaran sejarah kerajaan Malayu Riau.

Kompleks makam Raja Ali Haji terkesan sederhana, terletak di kaki bukit kecil yang dikelilingi oleh pohon rindang ambacang, mengkudu, dan jambu. Ada beberapa bangunan di kompleks pemakaman ini, di antaranya sebuah masjid mini, berkubah, dan bermihrab. Dinding-dindingnya didominasi warna kuning dan sedikit warna hijau, dengan jendela bulat layaknya jendela kapal. Di dalam bangunan utama ini terdapat cuplikan “Gurindam Dua Belas”. Makam Raja Ali Haji sendiri terletak di luar bangunan utama dengan naungan atap berwarna hijau. Tidak adanya dinding penyekat yang menutupi makam seolah membiarkan para peziarah masuk dan melihat secara lebih leluasa. Dua nisan di atas makam ini dibungkus rapi oleh kain berwarna kuning, mirip seperti cara membungkus jenazah saat prosesi penguburan. Mengamati detail makam ini, pengamat akan segera menangkap tulisan di atas makam yang berbunyi: “Raja Ali Haji, Terkenal, Gurindam XII”.

Sebenarnya dalam kompleks ini terdapat banyak makam para Raja Kesulatanan Riau Lingga yang bersanding sisi dengan makam Raja Ali Haji. Makam permaisuri terletak di bangunan utama, sedangkan makam raja laki-laki, seperti Raja Ahamad Syah, Raja Abdullah Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga IX, dan Raja Ali Haji sendiri terdapat di luar ruangan. Makam Engku Putri Raja Hamidah yang secara simbolis merupakan pemilik mas kawin Pulau Penyengat dari Sultan Mahmud Marhum Besar, terdapat di dalam ruang utama. Selain itu, masih terdapat banyak makam orang-orang yang punya hubungan kekerabatan kerajaan di luar pagar kompleks makam.

Melongok makam RAH mungkin akan menimbulkan kesan unik bagi pengunjung. Pasalnya, meski secara resmi dikenal sebagai kompleks makam Engku Putri Raja Hamidah, pengelola makam sengaja menonjolkan atribut formal untuk penghormatan terhadap Raja Ali Haji. Lihat saja, dua baliho yang merujuk pada kebesaran sang pujangga: “Raja Ali Haji Pahlawan Nasional Bidang Bahasa Indonesia” dan sebuah lagi, “Raja Ali Haji Bapak Bahasa Melayu-Indonesia, Budayawan di Gerbang Abad XX”. Mungkin hal ini dimaksudkan sebagai penghormatan terhadap tokoh besar Nusantara (RAH) yang ditabalkan oleh Keppres RI Nomor 089/TK/2004 sebagai Pahlawan Nasional, tanpa menafikan penghormatan terhadap raja-raja lain dalam makam ini.

Bila masih belum puas mengunjungi makam RAH, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan wisatanya di pulau kecil ini. Di antaranya adalah Istana Kedaton tempat Sultan Riau-Lingga terakhir tinggal; Istana Bahjah tempat tinggal Raja Ali Kelana, Gedung Hakim Mahkamah Syariah Raja Haji Abdullah dengan tiang-tiang kukuh menyerupai bangunan Yunani kuno, Gedung Tabib, bekas tempat praktek Engku Haji Daud, tabib kerajaan, dan Perigi Kunci, tempat mandi putri istana. Selain situs-situs sejarah ini juga masih terdapat situs lain di antaranya makam Yang Dipertuan Muda Riau IV Raja Haji Fisabilillah, Tapak Percetakan Kerajaan, Benteng Bukit Kursi, Makam Embung Fatimah di Bukit Bahjah, dan Bukit Penggawa. Daftar situs-situs sejarah ini tercatat rapi pada katalog wisata yang dijajakan penduduk kepada para wisatawan saat mengunjungi Pulau Penyengat.
(okezone)
Wisata Indonesia Lainnya

 
Read more »

Mercusuar Tanjung Kelian, Jendela Pantai Bangka

MENAPAKI 199 anak tangga yang melingkar untuk mencapai puncak sebuah menara setinggi 56 meter ternyata bukan pekerjaan mudah bagi mereka yang tidak terbiasa beraktivitas berat.

Perasaan itu juga akan dialami oleh mereka yang mencoba meraih pucuk mercusuar Tanjung Kelian, mercusuar tua yang masih berdiri kokoh di tepi Pantai Tanjung Kelian, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung.

Suar peninggalan Inggris yang didirikan tahun 1862 itu letaknya hanya 10 menit dari Pelabuhan Mentok, pintu gerbang sebelah barat Pulau Bangka. Mercusuar Tanjung Kelian bukan sekadar pemandu bagi kapal-kapal yang melintas di Selat Bangka.

Sosok menara batu itu, dan sejumlah peristiwa sejarah yang terkait dengannya, seperti magnet yang menarik setiap pengunjung yang datang ke Muntok, ibu kota Bangka Barat. Mercusuar Tanjung Kelian ibarat jendela Pantai Bangka Barat. Memasuki perut mercusuar tersebut, setiap pengunjung akan segera disergap oleh hawa sejuk dengan aroma kelembapan ruang yang jarang terkena sinar Matahari. Dinding mercusuar yang tebal menahan udara pantai yang cukup panas.

Dasar mercusuar yang agak gelap membuat tapak-tapak anak tangga sedikit licin karena berlumut sehingga kaki harus dipijakkan dengan sangat hati-hati agar tidak terpeleset. Setiap selang 10 tapak, anak tangga sengaja dibuat melebar yang berfungsi sebagai penanda tingkat. Setelah tiga tingkat, pandangan sudah lebih leluasa karena ada ventilasi pada dinding mercusuar. Ventilasi itu berupa jendela berbentuk bulat dengan daun jendela berupa tingkap yang bisa didorong keluar.

Dari jendela tersebut aktivitas bakal dermaga penyeberangan Muntok-Palembang, yang tengah dibangun tidak jauh dari mercusuar, jelas terlihat. Dermaga Tanjung Kelian akan menggantikan Pelabuhan Muntok sebagai tempat kedatangan dan pemberangkatan feri penyeberangan. Berdiri di depan jendela itu selama beberapa menit membuat paru-paru dipenuhi udara sejuk yang melegakan.

Semakin tinggi, sampai ke tingkat 18, tangga batu digantikan oleh 19 tapak tangga dari kayu yang mengantar ke bagian paling atas dari mercusuar tersebut. Di ruangan berdiamater tiga meter itu terdapat lampu mercusuar yang terletak di tengah-tengah ruangan.

Perangkat lampu membuat ruangan terasa sempit. Menurut penjaga Suar, kap lampu yang terbuat dari gelas tebal itu masih asli. Lampu ini punya kekuatan sorot sampai 40 mil jauhnya, dengan kekuatan 1.000 watt. Setiap kali dinyalakan membutuhkan 20 liter solar, yang membuatnya bisa bertahan 12 jam.

Sayangnya, pucuk menara yang terhitung kerap didatangi oleh pengunjung itu tak terhindar dari tangan-tangan jahil. Dinding menara yang licin dengan cat putih penuh dengan coretan. Bagian luar menara dikelilingi oleh teras melingkar dengan pagar pembatas berwarna merah darah. Pintu mercusuar terbuat dari besi dengan bentuk seperti pintu kapal yang tingginya sekitar satu meter.

Dari puncak menara itu mata bisa melihat sepertiga wilayah Bangka Barat. Kapal-kapal nelayan yang sedang bersandar di Pelabuhan Mentok, pemancing ikan yang sedang duduk santai di rongsokan bangkai kapal di pinggir pantai, dan deretan pohon kelapa sawit.

Garis cakrawala yang melengkung menjadi pembatas antara wilayah perairan dan langit bebas. Sudah sejak lama Pantai Tanjung Kelian yang berada di ujung Kota Mentok menjadi tempat rekreasi yang murah meriah bagi masyarakat setempat. Setiap sore pantai berpasir putih itu selalu ramai. Keluarga yang datang dengan membawa tikar dari rumah, anak-anak muda yang duduk di atas sepeda motor mereka, sampai pehobi mancing.

Setiap memasuki bulan Puasa, masyarakat juga punya kebiasaan unik, berkemah di tepi pantai. Minimal dua hari sebelumnya mereka sudah mematok lahan pantai yang akan ditempati untuk berkemah. Persis sehari sebelum masuk minggu pertama bulan Puasa, pantai di depan mercusuar ini penuh oleh warga.

Keindahan alam memang menjadi sahabat setia tiga petugas penjaga yang tinggal di kompleks mercusuar tersebut. Namun, Tanjung Kelian tidak semata menawarkan keindahan alam. Ada potongan sejarah yang tertinggal. Mercusuar tersebut menjadi saksi tragedi yang menimpa sekelompok perawat asal Australia saat kapal mereka dikandaskan oleh tentara Jepang pada masa Perang Dunia II.

Tugu peringatan itu terletak di halaman depan mercusuar, di bawah naungan pohon ketapang besar. Tugu yang sempat dikunjungi oleh kerabat para perawat asal Australia pada tahun 2000 dan 2002 itu merupakan bagian sejarah yang sebenarnya mampu menjadikan mercusuar Tanjung Kelian sebagai obyek wisata yang menarik.(okezone.com)
Kunjungi Juga Wisata Lainnya



Read more »

Kamis, 17 Februari 2011

Menengok Ibu Kota Kecamatan Teluk Bayur, Kabupten Berau

Mendengar nama Teluk Bayur, yang pertama kali terlintas di pikiran adalah sebuah daerah di Sumatera Barat. Namun, tak hanya Sumatera Barat yang memiliki nama daerah Teluk Bayur. Kabupaten Berau juga memiliki kota kecamatan bernama Teluk Bayur, yang menyimpan peninggalan masa penjajahan Belanda.
Dari Tanjung Redeb (ibu kota Kabupaten Berau) Teluk Bayur berjarak sekitar 10 kilometer. Awalnya, Teluk Bayur ini hanya berupa kelurahan, dan menjadi bagian dari Kecamatan Tanjung Redeb. Seiring dengan berjalannya waktu, Teluk Bayur kemudian dimekarkan menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 9 ribu jiwa.
Keberadaan penjajahan Belanda di daerah ini dibuktikan dari beberapa bangunan tua yang masih berdiri kokoh, meski tak lagi terawat. Seperti lapangan sepak bola yang sekaligus menjadi pusat kegiatan bagi warga Teluk Bayur, juga merupakan bekas lapangan olahraga bagi para warga Belanda yang bekerja di lokasi tambang batu bara. Di lapangan ini pula, konon tim sepakbola Ajax Amsterdam pernah melakukan sebuah pertandingan persahabatan.
Sebagai daerah yang berada di tepi Sungai Segah, rumah kayu cukup mendominasi kawasan pemukiman di Teluk Bayur. Dari kegiatan tambang batu bara sejak zaman penjajahan Belanda, Teluk Bayur bisa dikatakan sebagai kota tua di Berau. Sebab, di daerah ini pula dahulu bangsa Belanda banyak bermukim. Maka tidak heran kalau di wilayah ini masih banyak dijumpai bangunan-bangunan tua sisa peninggalan Belanda.
Bangunan tua, namun masih terlihat kemegahannya itu, dahulu menjadi rumah para meneer yang berkuasa atas operasi penambangan batu bara. Hingga kini aktivitas penambangan batu bara di Teluk Bayur pun masih berlanjut. Bahkan semakin marak dengan munculnya para investor, tak terkecuali para spekulan lahan.
Bagi kalangan pertambangan, daerah ini dikenal banyak memiliki potensi sumberdaya alam, termasuk batu bara. Lalu, kenapa daerah ini diberi nama Teluk Bayur? Apakah di kawasan ini banyak perantau dari Sumatera Barat?
Sama sekali tidak, justru di daerah ini banyak bermukim orang Jawa, yang hingga kini pun tidak tahu, dari mana mereka berasal. Mereka yang bermukim di Berau hanya tahu bahwa dirinya orang Jawa dari Teluk Bayur. Tapi mereka tidak tahu, dari mana mereka berasal. Sebab, dari zaman kakek buyut mereka, sudah hidup turun-temurun di Teluk Bayur.
Konon, ketika Belanda membuka penambangan batu bara dengan sistem menggali dari dalam, bukan penambangan terbuka, banyak mendatangkan pekerja paksa dari Jawa. Inilah yang kemudian diyakini menjadi cikal bakal, kenapa banyak orang Jawa bermukim di Teluk Bayur yang kemudian dikenal sebagai orang Jawa Teluk Bayur.
Dari cerita yang berkembang di masyarakat, nama Teluk Bayur juga tak lepas dari masa penjajahan Belanda. Konon pada masa itu, ada warga Belanda datang ke Jawa. Rupanya sang warga Belanda itu kepincut seorang gadis Jawa. Sang perawan Jawa pun tak bertepuk sebelah tangan. Lebih-lebih ketika diiming-imingi akan diboyong ke Teluk Bayur, Sumatera Barat, jika benar-benar menikah nanti.
Rayuan maut itu berhasil, sang gadis asal Jawa itu sudah membayangkan betapa indahnya tempat bernama Teluk Bayur itu. Maka bayangan Teluk Bayur itu tak pernah lepas dari sang gadis. Belakangan, ternyata pria Belanda ini urung ke Teluk Bayur Sumatera Barat, diduga karena dipindah-tugaskan di Berau.
Walhasil, sang Belanda tetap memboyong gadis Jawa ini menyeberangi laut Jawa tetapi ke Berau, Kalimantan Timur. Tepatnya di tepi Sungai Segah Kabupaten Berau. Namun, sang pria Belanda ini tetap menyampaikan pada sang gadis Jawa bahwa daerah itulah yang dinamakan Teluk Bayur. Sang gadis pun sangat meyakini telah berada di Teluk Bayur hingga akhir hayatnya. Itu sebabnya, sampai sekarang kawasan itu disebut sebagai Teluk Bayur.
Asal-usul nama itu tentu bisa diperdebatkan, namun yang pasti, Teluk Bayur di Berau itu kini sudah menjelma menjadi sebuah kota kecamatan yang terus tumbuh. Apalagi kegiatan tambang batu bara mulai menggeliat di kecamatan ini. Sebenarnya, sebagai cikal bakal kegiatan tambang di Kaltim, Teluk Bayur bisa dikembangkan sebagai kota wisata sejarah tambang batu bara.
Camat Teluk Bayur Wardji menyampaikan, Pemerintah Kabupaten Berau pernah berencana merenovasi bangunan tua peninggalan penjajah Belanda yang berada di Teluk Bayur. Renovasi tersebut guna memperbaiki beberapa bagian bangunan yang rusak serta mempercantik bangunan dengan tetap mempertahankan bentuk serta konstruksi bangunan yang ada.
Bahkan untuk menggali lebih dalam mengenai sejarah bangunan tua tersebut Pemkab Berau merencanakan melakukan studi banding ke Belanda untuk menggali lebih banyak lagi sejarah bangunan yang ada.
Namun, hal ini belum terealisasi. Ini terlihat dari bangunan tua di belakang SD 003 Teluk Bayur yang tak lagi terawat, meski sebenarnya struktur bangunannya masih kokoh. Bangunan di atas ketinggian menghadap Sungai Segah ini, jadi saksi bisu masa kejayaan Teluk Bayur sebagai kota tambang di masa lampau.
Tentu tidak sedikit biaya untuk merenovasi bangunan ini. Apalagi, di sekeliling bangunan yang sudah berusia sekitar 80 tahun itu sudah banyak pemukiman warga. Akan lebih baik jika renovasi dan pemugaran bangunan tua itu diikuti dengan relokasi rumah warga di sekitar bangunan tersebut.
Bupati Berau Makmur HAPK menyampaikan, peninggalan itu adalah aset daerah sekaligus menjadi bukti sejarah keberadaan penjajah Belanda yang pernah berada di Berau. “Dengan perbaikan di beberapa bangunan itu, nantinya akan dijadikan aset Berau. Bisa juga dijadikan penginapan atau tempat wisata,” ujar Bupati. Tapi kini, bangunan itu lebih banyak dijadikan tempat untuk menggelar pesta minuman keras serta pasangan muda-mudi untuk pacaran.
Selain tambang batu bara, Teluk Bayur juga masih menyimpan potensi wisata alam berupa Taman Hutan Wisata Sei Tangap, bersebelahan dengan Bumi Perkemahan Mayang Mengurai. Lokasi yang sejuk ini bisa dijadikan alternatif beristirahat. Hawa sejuk di bawah kerimbunan pepohonan membuat suasana santai dan menyenangkan.
Sayangnya, kawasan hutan milik Inhutani I yang dulu pernah menjadi kebanggaan masyarakat Berau sebagai taman rakyat itu tak lagi terawat. Di sana ada aneka jenis tanaman yang dirawat dan dikelola dengan baik.
Konon ada juga koleksi hewan liar yang ada di hutan Berau. Ya, itu dulu pada masa jayanya industri perhutanan. Sebab sekarang taman itu tampak sekali tidak terurus, kotor dan tidak menarik. Kecuali tinggal pintu gerbang masuknya yang masih utuh. Itu pula yang paling pantas difoto. Kini, hewan-hewan koleksi taman ini tidak jelas ke mana perginya, entah dipelihara orang, dijual, mati atau malah kabur.


Read more »

Padang yang Bikin Terkenang

KOTA Padang, mendengar nama kota ini benak kita mungkin segera membayangkan kekhasan masakan Padang, atau atap khas melengkung dengan ujung runcing seperti tanduk kerbau yang disebut gonjong-gonjong.

Kemudian, legenda Malin Kundang, kisah Siti Nurbaya, dan lagu ”Teluk Bayur” yang dibawakan Ernie Johan pada tahun 1960-an.

Secara geografis, kota itu sangat menarik karena diapit Selat Mentawai dan Pegunungan Seribu. Walhasil, kita dapat menikmati keharmonisan antara kekayaan budaya dan keindahan pesona atau dalam urang awak disebut rancak bana dan bakal membuat kita selalu takana jo koto Padang (terkenang pada kota Padang).

Kota Padang pada awalnya adalah pemukiman nelayan di beberapa muara sungai antara lain Batang Arau, Batang Kuranji, Batang Muaro Panjalin, dan Batang Anai. Sejak penguasa kerajaan Pagaruyuang dalam Perjanjian Painan tahun 1667 mengizinkan VOC memonopoli perdagangan dan mendirikan benteng di tepi Batang Arau, mulailah sejarah perkembangan kota Padang. Pertumbuhan kota dimulai di sekitar benteng VOC yang lalu dibongkar oleh penguasa Inggris pada 1781 dan pasar pribumi (Pasar Gadang).

Saat ini, wilayah di sekitar bekas benteng VOC menjadi pusat kota lama atau koto tuo yang penuh bangunan berarsitektur kolonial. Di situ terdapat pula pecinan yang disebut Kampung China penuh bangunan berarsitektur khas Tiongkok berupa deretan rumah toko tradisional dan kelenteng, misalnya Kelenteng Sin Hin Kiong.

Panorama kota lama itu bisa kita nikmati dari atas jembatan Siti Nurbaya di Batang Arau. Jembatan itu jadi landmark atau tetenger kota Padang. Dahulu, di sepanjang sisi utara sungai itu terdapat rel kereta api. Setelah ada proyek revitalisasi, lahan bekas rel itu berubah menjadi taman dan lahan terbuka di tepi sungai.

Di Batang Arau terdapat dermaga wisata bahari. Dari dermaga itu banyak turis mancanegara menyewa perahu boat menuju lokawisata Sekuai Island Resort yang bisa ditempuh sekitar 25 hingga 40 menit dari dermaga. Pulau seluas 40 hektare itu dikelilingi pasir putih. Begitu eksotis dan menawan.

Kemenawanan khas lainnya di Padang adalah atap gonjong-gonjong. Atap seperti itu bisa kita jumpai pada hampir semua bangunan, khususnya perkantoran. Bangunan perkantoran yang kali pertama menggunakan atap gonjong gonjong adalah kantor Gubernur Sumbar. Bangunannya merupakan tinggalan Belanda, tapi pada tahun 1959 Gubernur Sumbar saat itu Kaharroedin Dt Rangkayo Basa memerintahkan perubahan atap kantor dengan atap khas Minangkabau. Pada 1970-an Gubernur Azwar Anas mengimbau agar bangunan perkantoran di kota Padang dibangun dengan atap itu juga. Bangunan ”bagonjong” yang terkategori gaya arsitektur neo-vernakular terbaru adalah Bandara Internasional Minangkabau.

Tempat lain yang sungguh sayang bila kita lewatkan ketika di Padang adalah Teluk Bayur. Pada bagian selatan teluk terindah di nusantara tersebut banyak dijumpai warga yang memancing ikan, menikmati matahari tenggelam. Meskipun masih berada di kawasan kota, suasana di situ terasa sangat alamiah karena jalan raya di tepi garis pantainya dibatasi laut dan hutan alam dengan berbagai satwa seperti monyet yang tampak sangat akrab dengan manusia.

Apabila kita menikmati jagung atau pisang bakar yang banyak dijual di tepi teluk, kita mesti waspada karena banyak monyet yang mendekat. Secara naluriah monyet-monyet tersebut mengharap kedermawanan kita untuk memberikan sebagian jagung atau pisang bakar yang kita nikmati. Yang pasti, mereka memberikan atraksi bak pemain akrobat. Lihat saja bagaimana mereka merangkak dengan santai melalui kabel telepon yang membentang di antara jajaran tiang di tepi jalan.

Pesona lainnya bisa kita peroleh dari warna air di tepi teluk bertebing itu yang terlihat biru jernih. Walhasil, dasar lautnya terlihat jelas penuh ikan yang berenangan kian kemari di antara tanaman laut dan karang. Dan, nun di kejauhan tampak kapal-kapal niaga yang sedang berlabuh. Barangkali pesona keindahan itulah yang telah mengilhami Ernie Johan untuk melantunkan ”Teluk bayur” yang sangat terkenal beberapa dasawarsa lalu.

Bangunan-bangunan yang berjajaran di tepi laut pun bisa jadi pelengkap keindahan. Karena letak geografis kota Padang yang memanjang di tepi laut, maka banyak bangunan berlokasi di pinggir pantai. Salah satu hotel terkemuka di Padang. Lahan bangunannya mencakup sebagian area pantai.

Pada kunjungan kali terakhir di Padang, saya memilih bermalam di salah satu hotel dengan panorama langsung ke laut. Untuk memuaskan keinginan tamu yang ingin berenang di laut tetapi takut dengan kemungkinan datangnya ombak besar, di antara bangunan hotel dan pasir pantai dibangun kolam renang air tawar. Jadi, sembari berenang di kolam renang air tawar, tamu hotel masih tetap dapat melihat matahari terbenam di laut. Eksotis!

Selain itu, kampus Universitas Bung Hatta Padang pun memiliki bagian belakang bangunan yang berbatasan langsung dengan pantai. Tentu itu bisa menjadi jampi stres mahasiswa dari rutinitas perkuliahan. Pasalnya, setiap saat mereka bisa menikmati keindahan laut tanpa harus bersusah payah atau mengeluarkan biaya tertentu. Bahkan, jika berminat, para mahasiswa kampus tersebut dapat langsung bersantai di pasir dan berenang di laut.

Masyarakat Padang pun tidak perlu takut lagi dengan kemungkinan tsunami karena sudah ada program ”tsunami early warning system”. Apalagi, kota Padang terlindungi oleh kepulauan Mentawai dari terpaan langsung ombak Samudra Hindia.

Satu hal lagi yang bisa menjadi daya tarik di Padang adalah angkutan kota yang unik. Siapa pun yang sudah pernah ke kota itu sangat mungkin mau bersepakat kalau angkutan di sana yang paling atraktif di Indonesia. Hampir semua bus kota dilengkapi aksesoris yang aduhai ditambah lukisan warna-warni seluruh bodi mobil. Kalau dipandang, itu mirip kendaraan angkutan di dalam taman hiburan ”Disneyland”. Adapun minibusnya rata rata memiliki bodi yang penuh tulisan warna-warni dan dilengkapi aksesoris bak mobil balap.

Bagian dalamnya pun sangat menakjubkan. Penataan sound system dan interiornya bagaikan mobil mewah, lengkap dengan dentuman musik yang tak bakal membuat penumpangnya tertidur selama perjalanan keliling kota Padang. Semua itu, sekali lagi, bakal membuat siapa pun takana jo koto Padang.

Ikan Pipih ala Padang Pariaman

Kota Padang punya kaitan erat dengan kota tetangganya, yaitu Padang Pariaman. Pada hari Minggu atau libur, banyak orang yang datang berwisata ke Pantai Cermin di Padang Pariaman. Umumnya untuk ke sana, mereka naik kereta api atau kendaraan pribadi. Loka tersebut juga sering dimanfaatkan sebagai wahana berkenalan dan bercengkerama kalangan remaja.

Yang sangat menarik dari pantai itu adalah acara keagamaan berupa arak-arakan ”tabuik” pada bulan tertentu. Perlu diketahui, sebenarnya prosesi tersebut merupakan upacara khas masyarakat Islam Syiah. Hanya saja sekarang ini, ritus tersebut bersifat umum karena sudah menjadi tradisi budaya di kawasan pantai itu.

Di daerah Ulaan, sekitar 60 kilometer dari kota Padang, terdapat makam Sultan Syeh Burhanudin. Gerbang dan makam syeh itu merupakan bangunan beratap ”bagonjong”. Sang sultan adalah orang pertama yang menyebarkan Islam di Minangkabau setelah dirinya menuntut ilmu agama Islam selama 30 tahun di Aceh. Perannya dalam penyebaran Islam mirip dengan Wali Songo di Pulau Jawa. Pada bulan Sapar, ribuan umat Islam khususnya yang beraliran sunni dari segala penjuru Sumatera Barat datang berziarah dan memadati kawasan makamnya.

Di kawasan itu pula kita dapat menikmati aneka masakan ikan laut. Pada umumnya pengunjung membeli sebagai oleh-oleh khas Ulaan. Cara menggoreng ikan yang unik bisa pula menjadi atraksi tersendiri bagi pelancong. Sebut misalnya cara menggoreng ikan pipih yang panjangnya sekitar 50 cm dan lebar 3 cm. Ikan itu dibentuk seperti spiral, melingkar dan ditusuk dengan bambu serta diberi tepung sebelum digoreng. Keunikan cara menggoreng rempeyek juga memikat untuk dilihat.

Bayangkan, adonan tepung di tuangkan ke atas lempengan aluminium berdiameter 10 cm kemudian di beri udang atau ikan kecil, dan digoreng bersama cetakannya. Setelah matang dan diangkat dari tempat penggorengan, rempeyek dipisahkan dari alas aluminium yang berfungsi sebagai cetakan sehingga dihasilkan rempeyek yang tipis dan berbentuk bulat sempurna. Rasanya gurih dan renyah.

Tak hanya itu, alam sepanjang perjalanan dari kota Padang ke Padang Pariaman juga sangat menawan. Kemenawanan itu bisa kita nikmati lebih intensif apabila kita beristirahat untuk makan di salah satu kedai yang terletak di tepi jalan di kawasan Sicincin, Desa Kiambang. Sambil menikmati kelezatan sate Padang, atau sayur daun pakis dengan kuah santan yang dihidangkan bersama ketupat dan es kelapa muda, kita bisa melihat alam yang memampangkan latar belakang Bukit Barisan. Itu masih ditambah dengan keelokan bentangan sawah nan subur.

Tak heran, Minangkabau disebut sebagai salah satu lumbung padi nusantara. Belum lagi kemolekan muara sungai yang penuh nyiur melambai-lambai. Yakinlah, kalau ketika itu kita bawa kamera, jari kita tak bakal malas menjepret-jepret.(okezone.com)
Wisata di Indonesia


Read more »

Rabu, 16 Februari 2011

Pasar Buah di Berastagi

Kabupaten Karo, pasar buah di Berastagi. Merupakan salah satu tempat belanja para wisatawan yang berkunjung ke Berastagi. Selain buah-buahan, namun tersedia juga sayur, dan bunga, serta aneka ragam souvenir yang cukup menarik.
Liburan akhir pekan nanti,  bisa anda coba untuk berwisata kelokasi tersebut, karena lokasi tersebut masih tergolong asli dan asri serta udara masih segar dan dingin.
Kota wisata Berastagi, terletak sekitar 60 km dari ibu kota provinsi Sumut, Medan, dapat dicapai dengan mudah, baik dengan kendaraan roda dua atau empat. Menuju lokasi dari Kota Medan, anda akan melewati jalan yang cukup terjang dan berliku-liku.
Disepanjang jalan, mulai dari sembahe menuju Berastagi, terdapat sederetan hotel dan villa-villa mewah untuk tempat penginapan bermalam bagi anda yang ingin menginap. Harga penginapannya cukup relatif terjangkau.
Mampir Juga ke Wisata Asyik Lainnya.



Read more »

Gumpalan Awan di Puncak Gunung Sorik Marapi

Gumpalan awan seperti menyatu dengan puncak Gunung Sorik Marapi. Awan-awan itu seolah menjadi pagar bagi siapa saja untuk melihat puncaknya. Hanya jika matahari bersinar terik, barulah puncak terlihat dari kaki gunung. Itupun selalu ditingkahi kabut tipis. Untuk mengetahui bentuk puncak secara utuh, hanya dengan satu cara: berdiri di atas puncaknya.

Puncak, kabut dan gumpalan awan itu menjadi pesona sendiri bagi Gunung Sorik Marapi yang berada di Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Tambangan, Kabupaten, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Uniknya, Sebagai sebuah objek wisata, keberadaan Gunung Sorik Marapi, terbilang tidak begitu populer. Bisa dihitung dengan jari berapa banyak pendaki yang datang setiap bulannya.

Faktor jauhnya jarak dari Medan, ibukota Sumatera Utara, merupakan salah satu penyebab. Butuh waktu hingga 12 jam perjalanan dengan angkutan darat untuk menempuh jarak sepanjang 480 kilometer jarak dari Medan – Panyabungan, ibukota Kabupaten Mandailing Natal. Dari Panyabungan, harus menyambung dengan angkutan pedesaan menuju Desa Sibanggor Julu. Waktu tempuhnya sekitar 20 menit.

Desa Sibanggor Julu berada di lereng timur Gunung Sorik Marapi. Di desa inilah tempat terakhir bisa membeli perbekalan, mulai air mineral hingga biskuit. Titik awal pendakian dapat ditemui setelah melewati perumahan penduduk. Rumah-rumah panggung ini kental dengan tradisi lokal. Beratap ijuk dengan material dinding dan lantai dari kayu. Beberapa bagian rumah bahkan tidak menggunakan paku. Hanya belitan tali rotan sebagai perekat.

Seterusnya, setelah melewati barisan rumah tradisional itu, akan terlihat jalan setapak. Jalur itu melewati perkebunan coklat, karet, kopi dan tanaman keras lainnya milik penduduk. Titik awal pendakian itu adalah sebuah tanjakan ekstrim sekitar 75 derajat. Dengan stamina prima, setidaknya perlu 15 menit untuk melewati tanjakan ini. Tanjakan yang berada di ketinggian 1.100 meter dari permukaan laut (mdpl) ini merupakan tantangan pertama. Namun usai itu akan didapatkan shelter, tempat peristirahatan pertama. Posisinya persis di dinding bukit paling ujung. Jadinya, pandangan luas ke arah timur. Rumah-rumah penduduk tampak mengecil.

Tahapan perjalanan berikutnya relatif mudah. Walau jalanan terus menanjak, tetapi tidak terlalu menguras tenaga. Lantas akan terlihat perbukitan tandus. Awalnya tempat ini merupakan bukit belerang yang aktif. Beberapa penduduk mengatakan, sekitar tahun 1990-an percikan api mengakibatkan terbakarnya kawasan ini. Maklum saja, belerang memang mudah terbakar. Ratusan hektar kawasan di sekitar bukit belerang ini berubah jadi tumpukan arang.

Setelah belasan tahun, kini tumbuhan baru mulai hadir. Namun entah mengapa sumber belerang yang ada di bukit ini justru berhenti berproduksi. Sisa-sisa semburannya yang sudah membatu seperti naik-turun gelombang air laut.

Bukit belerang ini, merupakan tempat peristirahatan kedua. Jika berangkat sangat pagi, sekitar jam enam atau jam setengah tujuh, maka di tempat ini sarapan sangat nikmat. Teh manis panas di dalam termos akan sangat membantu. Setiap teguk yang mengalir di tenggorokan, akan mengusir dingin di sekujur tubuh. Suhu yang mencapai 20 derajat celcius bisa jadi akan sangat menyiksa jika tubuh tidak terbiasa dengan suhu dingin menyengat.

Tanah Lembab

Dari bukit belerang tadi, pendakian akan terasa menguras tenaga. Pemandangan pun monoton, hanya dominasi pohon-pohon besar. Sesekali tanaman berduri menyabet wajah sebab berada persis di tengah lintasan pendakian. Karena relatif jarang dilewati, maka jalur pendakian seringkali harus ditebas ulang. Terkadang lintasan itu berbentuk terowongan dari pepohonan liar.

Tetapi, kemungkinan untuk tersesat sangat kecil. Ada kabel yang mengikuti alur pendakian. Kabel ini mengalirkan listrik untuk sebuah tonggak pemancar di puncak gunung. Memegang kabel ini tentu saja sangat tidak dianjurkan. Walau menurut warga belum memakan korban, namun harap diingat: selalu ada yang pertama untuk semuanya, termasuk tersengat listrik di lereng gunung.

Lintasan di sini umumnya tanah lembab. Hujan yang turun pada malam sebelumnya menyebabkan tanah berubah jadi lumpur saat diinjak. Kicauan burung murai batu (Copsycus malabaricus) yang biasa disebut piccala di sana, atau jejak binatang liar dapat ditemukan di sepanjang lintasan. Kawasan Gunung Sorik Marapi yang merupakan bagian dari Taman Nasional Batang Gadis, memang tempat habitat kambing hutan (Naemorhedus sumatraensis), tapir (Tapirus indicus), kucing hutan (Catopumatem minckii), kancil (Tragulus javanicus), binturong (Arctitis binturong), beruang madu (Helarctos malayanus), rusa (Cervus unicolor) dan kijang(Muntiacus muntjac) atau landak (Hystix brachyura). Kebanyakan pemburu yang berasal dari warga desa, hanya berhasil menembak burung. Sementara binatang buas lainnya, sudah jarang ditemukan.

Setelah melewati sekitar lima tempat peristirahatan, dengan waktu tempuh sekitar tiga jam lebih dari awal titik pendakian, kawasan puncak gunung mulai terlihat. Pohon-pohon perdu khas ketinggian berjejer di kiri dan kanan. Struktur tanah pun sudah berubah. Dari tanah lembab, berubah menjadi pasir. Kaki pun melangkah lebih ringan. Hingga akhirnya tiba di puncak pertama.

Jika telah sampai di sini, ada baiknya mengikuti tradisi masyarakat sekitar yang masih terjaga. Pendaki disarankan untuk melakukan adzan. Selain untuk memuji keagungan Sang Maha Pencipta, adzan ini merupakan upaya spritual agar dapat selamat hingga waktu turun nanti.

Danau Vulkanik

Puncak pertama itu adalah hamparan tandus seluas sekitar setengah lapangan bola. Kebanyakan pendaki berhenti sampai di sini karena di sinilah sajian utama Gunung Sorik Marapi berada, sebuah danau vulkanik dengan air kebiruan. Inilah danau tertinggi di Sumatera Utara.

Danau ini menjadi pelepas lelah. Memandangnya dari tepian, seakan ada yang mengundang untuk terjun. Danau ini tidak ada namanya. Hanya disebut Danau Sorik Marapi. Airnya asam. Di sini semburan belerang masih kuat. Untuk turun ke danau, lumayan berbahaya. Jalurnya terjal, dan pijakan juga tanah pasir yang gampang runtuh. Bila tak awas, bisa terjun ke dasar danau yang dalamnya kira-kira 100 meter dari puncak pertama.

Tetapi dari atas saja, bisa dinikmati panoramanya. Dinding-dinding kawah danau terlihat menghitam, mencirikan kekokohannya. Sementara di beberapa sudut dinding, semburan asap solfatara perdengarkan suara menderu. Seringkali suaranya tidak terdengar karena tertimbun desau angin berkecepatan sekitar 40 kilometer per jam. Kadang angin seolah ingin membawa serta semua yang ada di puncak gunung untuk melayang bersamanya.

Berdiri berlama-lama di sini, akan membuat tubuh menggigil. Setidaknya butuh dua lapis jaket. Namun jika ingin mengambil visual danau dengan handycam maupun kamera, tantangan suhu dingin ini harus dihadapi. Kabut sering kali tidak bersahabat. Menutupi permukaan bahkan hingga keseluruhan danau. Makanya hampir tidak ada yang berhasil mengabadikan danau ini dengan utuh, tanpa sapuan kabut.

Puncak Sebenarnya

Dari lokasi danau ini puncak kedua yang merupakan puncak sebenarnya bisa didapati dengan berjalan sekitar setengah jam lagi. Jalurnya sempit. Di kiri danau, di kanan jurang. Berjalan beriringan akan sangat berbahaya. Harus antri.

Sebuah tanjakan ekstrim berupa jalur batu podas yang hanya muat satu pijakan kaki, harus dilewati. Membawa barang akan berpengaruh pada kelenturan tubuh. Sebab itu, ada baiknya menitipkan ransel atau bawaan kepada teman, agar bisa melangkah dengan tenang.

Sementara puncak itu sendiri hanyalah sebuah tonggak batu putih setinggi satu meter. Di sana tertulis angka 2.100. Kemungkinan maksud awalnya untuk menjelaskan tinggi gunung, namun angka ini salah. Ketinggian Gunung Sorik Marapi sebenarnya 2.145 meter dari permukaan laut (mdpl).

Berdiri di atas tonggak batu putih itu, pandangan hanya lepas ke arah utara dan selatan. Pohon-pohon perdu menghalangi pandangan ke arah lain. Tapi tidak mengapa dari kedua arah tadi, gugusan Bukit Barisan akan menjadi kenangan untuk dibawa pulang. Tapi jangan terlalu lama di puncak, selain dingin menusuk tulang, kabut juga akan menjadi masalah jika pulang lebih dari jam lima sore. Perlu waktu sekitar tiga jam untuk mendaki, serta satu jam lebih untuk turun. Lewat dari jam lima, senter akan sangat dibutuhkan agar tidak terjerembab waktu turun.
Wisata Lain di Indonesia 



Read more »

Minggu, 13 Februari 2011

Air Panas Semurup

Obyek wisata Air panas Semurup ini terletak di Desa Air Panas Baru Kecamatan Air Hangat,berjarak kira-kira 11 Km dari Kota Sungai Penuh,ibukota kab Kerinci. Air Panas yang keluar dari perut bumi merupakan hasil kegiatan vulkanik, dengan luas permukaan ± 15 m2 membentuk sebuah kolam kecil yang selalu mengepulkan asap.

Jika wisatawan berkunjung ke obyek wisata air panas Semurup ini,wisatawan dapat melakukan beberapa kegiatan diantaranya, merebus telor atau pisang dengan air panas yang mendidih dengan cara memasukkan telur atau pisang tersebut kedalam jaring dan di celupkan ke dalam air yang mendidih tersebut tetapi harus hati-hati jangan sampai kecebur,bisa fatal akibatnya. Disamping itu, ada juga fasilitas kamar mandi yang di gunakan untuk berendam,guna penyembuhan beberapa penyakit,seperti penyakit kulit dan remautik ( Health Tourism ). Tidak jauh dari obyek utama terdapat pula sumber air panas yang unik yang juga ramai dikunjungi oleh wisatawan
Nah berkunjunglah ke Air Panas Semurup
Wisata di Indonesia

Read more »

Keindahan Danau Kerinci

Danau yang terletak di kaki Gunung Raja ini merupakan danau terbesar yang ada di Kabupaten Kerinci. Luas danau ini kurang lebih 5000 m persegi dengan ketinggian 783 meter di atas permukaan laut.
Keistimewaan
Pemandangan di sekitar danau begitu menawan. Mata tak akan bosan melihat hamparan air yang jernih dilatarbelakangi barisan pegunungan yang anggun. Di tengah danau terlihat perahu-perahu nelayan sedang mengarungi permukaan airnya yang tenang, tempat bersemayam sejumlah jenis ikan yang banyak ditangkap oleh mayarakat setempat.
Di desa-desa sekitar danau, terdapat sejumlah batu berukir yang konon peninggalan manusia megalit yang hidup ribuan tahun silam. Keberadaan batu ukir ini menunjukkan bahwa kawasan di sekitar Danau Kerinci merupakan daerah yang pernah dihuni manusia purba.
Di Danau Kerinci setiap tahun diadakan Fetival Danau Kerinci yang menampilkan berbagai macam atraksi kesenian masyarakat Jambi. Tujuan dari pestival ini adalah untuk memberikan suguhan terhadap para wisatawan yang datang berkunjung.
Lokasi
Danau Kerinci terletak di Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci, ProvinsiJambi, Indonesia
Akses
Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh melalui jalur darat dengan beberapa alternatif: alternatif pertama: perjalanan dimulai dari kota Jambi ke Sungai Penuh. Jarak antara Jambi dengan Sungai Penuh sekitar 500 km dengan waktu tempuh selama 10 jam. Perjalanan bisa dilakukan dengan kendaraan darat berupa angkutan umum, mobil sewaan atau mobil pribadi.
Alternatif yang kedua: perjalanan bisa dimulai dari kota Padang ke Tapan kemudian dilanjutkan ke Sungai Penuh dengan jarak 278 km. Perjalanan ditempuh selama sekitar 7 jam. Perjalanan bisa dilakukan dengan angkutan umum, mobil sewaan atau mobil pribadi.
Alternatif ketiga: perjalanan dimulai dari Padang ke Muaralabuh, kemudian perjalanan dilanjutkan ke Kersik Tuo. Jarak dari kota Padang ke lokasi sekitar 211 km dengan lama perjalanan kira-kira 5-6 jam. Perjalanan bisa dilakukan dengan kendaraan darat berupa angkutan umum, mobil sewaan atau mobil pribadi.
Read more »

Keindahan Karang Wakatobi

DESTINASI kali ini akan mengusik jiwa petualang anda. Sebuah kawasan yang masih terbilang masih asli menawarkan perjalanan yang tak terlupakan.

Adalah Kepulauan Tukang Besi, sebuah gugusan kepulauan yang terdiri dari empat pulau besar dengan luas sekitar 821 km2. Empat pulau besar tersebut adalah Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko yang oleh masyarakat setempat biasa diakronimkan sebagai WAKATOBI.

Sebagaimana namanya, Tukang Besi, kepulauan ini memang terkenal dengan pembuatan keris tradisional yang indah dan tetap diproduksi hingga sekarang. Gugusan kepulauan ini memiliki alam yang masih asli, tenang dengan air laut yang segar, gua-gua bawah laut yang saling berdekatan satu sama lain yang disuguhkan khusus untuk pecinta alam sejati. Bisa dikatakan bahwa wilayah ini merupakan kawasan wisata taman laut pertama di Indonesia.

Meski menyelam bisa dilakukan setiap saat, tetapi bulan April dan Desember adalah bulan yang paling baik untuk melakukan penyelaman karena cuacanya sangat bagus. Di samping menyelam dan snorkling di pantai juga disediakan khusus motor selam, tour snorkling dan penjelajahan di kepulauan. Sebuah kawasan kecil yang berlokasi di samping pulau Tomia seluas 8 km2, bernama Pulau Tolandona (Pulau Onernobaa) memiliki keunikan karena pulau ini dikelilingi taman laut yang indah.

Setelah menempuh perjalanan 5-6 jam dengan kapal cepat dari Kendari, Bau-Bau menjadi tempat transit berikutnya ke Wakatobi. Perjalanan tidak dapat langsung karena jadwal penyeberangan Bau-Bau-Wanci, pintu gerbang Wakatobi terbatas. Lagi pula penyeberangan dengan kapal kayu sekitar satu hari akan sangat melelahkan. Jalur yang biasa dipakai dari Bau-Bau adalah perjalanan darat ke Lasalimu, kecamatan di sebelah tenggara Bau-Bau, sekitar 3 jam. Selanjutnya menyeberang ke Wakatobi. Itu pun jadwal penyeberangan sekali sehari, pukul 06.00.

Ada dua macam suku di Kepulauan Tukang Besi, yaitu Tukang Besi utara dan selatan. Total penduduk kedua suku tersebut kini mencapai kisaran 250.000 orang, tersebar di empat pulau besar Wakatobi. Mata pencarian suku Tukang Besi adalah bertani. Makanan pokok mereka adalah ubi-ubian, yang biasa dibakar dan dimakan bersama ikan. Suku Tukang Besi selatan juga termasuk rumpun suku Buton. Ketergantungan hidup mereka terletak pada hasil laut yang menjadi santapan sehari-hari.

Jika anda ingin berkunjung ke Wakatobi, pada bulan Juli-September ombak bisa setinggi gunung. Namun, bagi anda yang berjiwa petualang, ombak besar tidak menjadi halangan untuk mengunjungi gugusan kepulauan di antara Laut Banda dan Laut Flores ini. Tapi bila anda ingin lebih ‚aman’, bulan Oktober sampai awal Desember merupakan pilihan terbaik menikmati keindahan di Wakatobi. Begitulah beberapa pesan penduduk Wakatobi yang ditemui di Kota Bau-Bau.

Sebenarnya Wakatobi tidak hanya mengandalkan transportasi laut dari Bau-Bau atau Lasalimu. Sejak tahun 2001, transportasi udara bisa menjangkau wilayah kepulauan di timur Pulau Buton ini. Namun, ongkos perjalanan sangat mahal, selain itu transportasi udara hanya melayani jalur Denpasar-Wakatobi dengan jadwal tiap 11 hari.

Kepulauan Tukang Besi mempunyai 25 gugusan terumbu karang yang masih asli dengan spesies beraneka ragam bentuk. Terumbu karang menjadi habitat berbagai jenis ikan dan makhluk hidup laut lainnya seperti moluska, cacing laut, tumbuhan laut. Ikan hiu, lumba-lumba dan paus juga menjadi penghuni kawasan ini. Kesemuanya menciptakan taman laut yang indah dan masih alami. Taman laut yang dinilai terbaik di dunia ini sering dijadikan ajang diving dan snorkling bagi para penyelam dan wisatawan. Sejak tahun 1996, kawasan Wakatobi ditetapkan sebagai taman nasional.

Kawasan wisata juga terdapat di Pulau Wangi-Wangi, Hoga, pulau di sebelah Kaledupa dan Binongko. Selain snorkling dan diving, aktivitas pariwisata lain yang bisa dinikmati adalah pemandangan pantai, menyusuri gua, fotografi, berjemur, dan camping.

Empat pulau besar di Wakatobi memiliki karakteristik khusus, yakni setiap pulau merupakan satu wilayah kecamatan, kecuali Pulau Wangi-Wangi yang terdiri dari dua kecamatan. Wangi-Wangi, pulau pertama yang dijumpai saat memasuki Kabupaten Wakatobi, menjadi pintu gerbang dan paling dekat dengan Pulau Buton. Di sini terdapat pelabuhan besar yang melayani kapal barang dan penumpang di Desa Wanci. Jika Pulau Wangi-Wangi menjadi pintu gerbang transportasi laut, maka Pulau Tomia menjadi pintu gerbang transportasi udara.
Wisata Indonesia


 
Read more »

Jalan-Jalan ke Lampung

JENUH berwisata ke kawasan Puncak, Jawa Barat, atau Pantai Anyer dan Carita, Banten? Lampung bisa menjadi alternatif destinasi liburan Anda.

Selain dekat dari Jakarta, potensi pariwisata di ujung selatan Pulau Sumatera ini juga cukup menjanjikan. Selama ini, warga Jakarta dan sekitarnya memilih Puncak, Anyer, dan Carita sebagai tujuan liburan.

Selain faktor kedekatan jika dibanding ke Bali atau Yogyakarta, pun paket-paket wisatanya relatif murah. Oleh sebab itu, Lampung bisa menjadi pilihan.

Provinsi ini kaya obyek wisata. Paket unggulannya pun beragam, baik obyek fisik, maupun atraksi.

Perjalanan menuju Lampung dapat dimulai dari pintu tol Slipi, Tomang, atau pintu tol Kebon Jeruk menuju Pelabuhan Merak, Banten, kemudian diteruskan dengan menyeberangi Selat Sunda menuju Bakauheni. Merak bisa dicapai dalam tempo satu jam atau satu jam 15 menit.

Di Merak, kapal cepat ke Bakauheni hanya berlayar siang hari antara pukul 06.00 WIB atau 06.30 WIB, hingga pukul 17.00 WIB atau 17.30 WIB, dengan lama berlayar sekira 40-45 menit.

Bila Anda membawa mobil pribadi, naik bus Jakarta-Bandar Lampung atau melakukan perjalanan malam hari, penyeberangan hanya dapat dilakukan dengan kapal ferry selama sekitar dua jam. Lampung juga bisa dicapai melalui jalur udara. Beberapa maskapai penerbangan melayani rute Bandara Radin Inten (Lampung) menuju Soekarno-Hatta, Cengkareng, pulang pergi (PP).

Bandar Lampung adalah kota yang strategis bagi kunjungan ke berbagai obyek wisata. Kota ini bisa Anda capai dalam 1,5 jam dari Bakauheni dan 30 menit dari Bandar Udara Radin Inten.

Obyek wisata pantai, budaya, alam pegunungan, atau wisata petualangan di hutan dan sungai, selam, serta memancing, mudah dijangkau dari kota ini. Karena obyek yang satu dan lainnya saling berdekatan, bisa dipastikan kunjungan atau perjalanan wisata Anda menjadi tidak monoton, pengalaman pun menjadi lebih beragam, karena banyak tempat yang bisa dilihat.

Bandar Lampung merupakan penyatuan dua kota tua, yakni Telukbetung dan Tanjungkarang. Prasarana dan sarana tersedia cukup di sini, seperti taksi, bus dalam kota dan antarkota, kereta api, taksi antarjemput antarkota provinsi, dan pusat perbelanjaan.

Di Telukbetung, terdapat monumen peringatan meletusnya Gunung Krakatau di Taman Dipangga. Monumen ini berupa rambu laut seberat setengah ton yang terlempar akibat gelombang pasang tsunami setinggi 30 meter yang ditimbulkan letusan Gunung Krakatau tahun 1883. Taman ini merupakan bagian lokasi kantor Residen Lampung.

Rumah-rumah tradisional atau rumah adat, kawasan hutan kota, dan taman kupu-kupu bisa dilihat di sini. Di banyak tempat anda bisa dengan mudah menemukan kain tapis, yaitu kain khas Lampung yang ditenun dari benang, kapas, atau serat nanas secara tradisional. Kain yang disulam dengan benang emas atau benang perak sulum usus berbagai motif.

Datanglah ke bibir Pantai Teluk Lampung yang terbentang dari Kalianda di Lampung Selatan, hingga Bandar Lampung. Sebuah kawasan teluk dengan pantai yang indah dan selanjutnya ke Teluk Semangka di Tanggamus.

Sumber air panas Way Belerang, Pantai Wartawan, Kalianda Resor, Laguna Helau, Merak Belantung, Pasir Putih, Tanjung Selaki, Pulau Pasir, Pantai Marina, merupakan kawasan wisata pantai di Teluk Lampung di wilayah Lampung Selatan.

Ada Pantai Marina dan Kalianda Resor. Pantai Marina memiliki pemandangan indah dengan batu-batu karang yang bentuknya beraneka ragam. Menurut cerita rakyat, ada batu karang yang disebut Batu Balai merupakan tempat Pangeran Cindar Bumi menerima tamu. Pantai ini terletak di Kecamatan Sidomulyo 43 kilometer dari Bandar Lampung atau 22 kilometer dari Kalianda. Fasilitas yang tersedia di sini beragam.

Kawasan wisata Kalianda Resor terletak 30 kilometer utara Bakauheni, 20 kilometer utara Kalianda, dan 45 kilometer dari Bandar Lampung. Kawasan ini menyediakan fasilitas petualangan seperti tour ke Krakatau dan pulau-pulau sekitar Teluk Lampung bagian selatan, diving di Pulau Sebuku, memancing, tempat berkemah, bungalow, jetsky, diskotek, kafetaria yang menghadap ke pantai, penyewaan sepeda, dan perahu dayung.

Obyek-obyek wisata lain adalah taman purbakala, desa adat, agrowisata, makam Kuno Pangeran Jiwa Kesuma, kawasan batu keramat, air terjun, kubu perahu, danau, dan perkampungan asli yang tersebar di 10 kabupaten dan kota. Semuanya mudah dijangkau dari Bandar Lampung.

Obyek-obyek wisata itu hanyalah sebagian kecil dari kekayaan obyek wisata Lampung. Maskotnya adalah obyek wisata Kepulauan Gunung Krakatau, Taman Nasional Way Kambas dan Bukit Barisan. Tiga obyek ini sudah dikenal di seluruh dunia. Di samping obyek fisik, pariwisata Lampung juga menyajikan paket atraksi yang puncaknya adalah Festival Krakatau.

Lampung merupakan kawasan wisata alternatif yang paling diminati warga Jakarta dan daerah lain di Sumatera. Setiap akhir pekan seluruh hotel di Lampung, mulai dari hotel melati hingga hotel berbintang, selalu padat tamu. Tingkat hunian hotel di Lampung bisa mencapai di atas 65 persen. Sebagian terbesar tamu hotel datang dari Jakarta dan sekitarnya, seperti Serang dan sebagian kecil dari Palembang atau Bengkulu.

Sejak tahun 2002, tingkat hunian hotel mulai padat sejak Jumat malam. Tahun-tahun sebelumnya, hotel-hotel baru dipadati tamu mulai hari Sabtu. So, tidak perlu jauh-jauh memilih tempat liburan. Murah meriah, yang penting bisa sejenak melepas penat dari kesibukan anda di Jakarta.
(okezone.com)
Read more »

Rabu, 09 Februari 2011

Arung Jeram di Sungai Asahan

Sungai Asahan dengan debit 120 meter kubik per detik berada pada posisi ketiga tersulit di dunia dalam olahraga arung jeram, setelah Sungai Zambessi di Afrika dan Sungai Colorado di Amerika. Sungai Asahan selain liar menantang juga sangat indah.

Sungai ini mengalir dari mulut Danau Toba melewati Kab. Asahan dan berakhir di Teluk Nibung, Selat Malaka. Jeram sungai asahan terkenal liar dan deras. Topografi daerah ini bergelombang membuat jeram-jeram di sungai asahan ini menjadi sangat variatif, berombak tinggi, dan panjang. Titik awal dapat dimulai dari Sampuran Harimau yang terletak di desa Tangga di Kab. Asahan dan titik akhirnya di desa Bandar Pulau. Jeram terbesar dan terganas adalah rabbit hole yang mempunyai grade V.
Info Wisata
Read more »

Jumat, 04 Februari 2011

Gunung Padang Legenda Siti Nurbaya

Objek Wisata yang menjadi legenda dari cerita Siti Nurbaya adalah Gunung Padang yang berbukit tidak begitu tinggi ini digunakan untuk menguji nyali oleh pencinta olahraga climbing.
Tebing yang terbentuk dari batuan basal ini menjulang dengan ketinggian sekitar 30 meter. Menariknya, tebing Gunung Padang menyediakan tingkat kesulitan yang bervariasi.
Selain menawarkan wisata alam, Gunung Padang juga menyimpan wisata sejarah. Di bukit tersebut, pernah ditanam jasad Siti Nurbaya yang mewakili budaya kelam kawin paksa wanita Minang. Kisah roman Kasih Tak Sampai: karangan Marah Rusli tersebut bermula dari keelokan Gunung Padang.

Di Gunung Padang, pengunjung juga akan menjumpai sejumlah meriam tua peninggalan tentara Jepang sebagai benteng pertahanan untuk menghalau musuh yang hendak masuk ke tepian Muara Pantai Padang.
Akses menuju Gunung Padang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki, untuk yang menggunakan kendaraan dapat di parkir di kaki gunung.
Perjalanan menuju Gunung Padang sungguh unik, pengunjung harus mendaki ratusan anak jenjang yang panjang dan berliku sambil melihat sekitar indahnya riak gelombang laut, semaraknya gedung-gedung yang menjulang di tengah Kota Padang, dan belasan kapal nelayan akan Anda temui.
Keindahan panorama itu akan mengobati rasa penat kaki setelah menaiki tangga menuju puncak gunung.
Wisata di Indonesia

 
Read more »

 
informasi tempat wisata di sumatra indonesia